Gerry berjalan menuju pintu, ia melihat melalui celah kecil di tengah-tengah pintunya. Sosok Ayahnya terlihat mematung di hadapan pintu, Gerry pun segera memberitahu Denias.
"Bokap Gw!, " Ucap Gerry, Denias pun merasa terkejut saat mengetahui bahwa Ayah Gerry yang sedang berada di depan pintu. Gerry meminta Denias untuk segera menyembunyikan dirinya beserta barang-barang yang sempat di beli oleh Gerry, keadaan sangat panik. Gerry juga terlihat segera membereskan sisa-sisa makanan yang berserakan di atas karpet ruang tamunya, lalu berjalan dan berpura-pura mengantuk.
Ceklek..
"Hoamm... " Gerry sedikit menguap, "Papa, loh Papa ada di Indonesia? " Tanya Gerry, "Kenapa gak kabari Gerry sih Pap? " Tanya nya kembali sembari menunjukkan wajah kikuk nya.
"Mengapa kau lama sekali membuka pintu? " Tanya Jerry, Ayah dari Gerry, "Iya Papa baru saja sampai tadi sore, pesan hotel lalu tidur sebentar. Papa sengaja gak kabarin kamu, biar Papa Gep pas kamu lagi ngumpetin Cewek!, " Tambahnya,
Nafas Gerry seakan menusuk kedalam hingga menusuk ke Area paru-paru miliknya, "Iya Pah, Gerry tadi ketiduran!, " Sahutnya, kepala Gerry terlihat Celingukan karena ingin memastikan bahwa Denias mengumpat dengan aman.
Jerry terlihat duduk menghadap Televisi, Unit yang sangat sederhana bagi Jerry untuk Anaknya itu memang sengaja ia belikan. walaupun Jerry terbilang sangat kaya dan memiliki anak hanya satu-satunya, Jerry sendiri salah satu orang yang tidak pernah memberikan kemewahan untuk Gerry. Jerry hanya ingin membuat Gerry mandiri, memiliki usaha sendiri dalam bidang kemampuannya.
Gerry memang di bilang anak broken home, Jerry dan Gema (ibu kandung Gerry) memang sudah bercerai, namun mereka masih tetap berhubungan dekat layaknya sepasang kekasih. Entah mengapa bisa seperti itu, padahal Gema sudah memiliki suami dan Gerry termasuk anak yang tidak dekat walau dengan ibu kandungnya sendiri.
Jerry sangat menyayangi Gerry, anak satu-satunya yang selalu membuat bangga dirinya. Gerry sendiri sangat menyayangi Jerry sebagai Ayahnya, apalagi Jerry selalu ada di saat Gerry membutuhkan dirinya.
Gerry juga salah satu anak yang berbakti, walaupun Gerry dan Gema tidak dekat. Dia masih tetap menghormati dan mencoba berbakti kepada Gema, Ibu kandung dari Gerry.
Jerry masih terpaku, terdiam duduk di atas sofa. Ia menunggu anaknya mengambilkan segelas kopi atau segelas air putih untuk di minum olehnya, namun Gerry tetap saja memperhatikan sekeliling ruangan Apartemennya. Jerry merasa curiga, curiga karena anaknya sedang menyembunyikan sesuatu.
"Kamu kenapa?" Tanya Jerry, "Papa dateng bukannya kasih minum kek, kasih makanan kek! Ada orang yang lagi kamu umpetin? Atau kamu make? " Gerutu Jerry.
"Make apa sih Pah?, " Ucap Gerry sembari berjalan ke dapur, ia menuangkan air ke dalam gelas kosong dan berjalan kembali untuk memberikan segelas air kepada Ayahnya.
Jerry meneguk air dari dalam gelas tersebut, "Papa kesini mau ngomong penting!, " Ucap Jerry.
"Ngomong apa pah? " Gerry pun duduk di atas sofa bersampingan dengan Jerry, Gerry mencoba menatap wajah sang Ayah. Mereka pun berbincang mengenai bisnis-bisnis Jerry yang berada di Indonesia, Jerry meminta Gerry untuk membantunya mengelola bisnis-bisnis tersebut.
Gerry sangat senang saat sang Ayah memintanya untuk membantu dirinya, Gerry pun langsung mengiyakan keinginan ayahnya itu.
"Jadi Papa kesini cuma mau obrolin itu? " Tanya Gerry.
"Iya, kenapa emang? " Sahut Jerry, "kamu kok kaya yang nutupin sesuatu? Emang ada siapa sih? " Tanya Jerry sembari menatap lekat wajah anaknya, Gerry pun terlihat menggeleng pelan dan menghela nafasnya dengan sangat berat.
Obrolan pun berlanjut, Jerry meminta Gerry untuk mencari calon dan segera menikah. Gerry terlihat menunjukkan semua giginya dan tersenyum dengan sangat lebar, "kalau urusan itu, nanti aja iya Papa. Gerry belum dapet wanita yang cocok untuk Gerry, " Ucapnya, Jerry menggelengkan kepalanya.
"Usia 24 tahun itu udah cukup dong Ger, " Ujar Jerry,
"Tapi Gerry belum ada calon, Pap! "
"Lalu Billa itu siapa?, Billa yang beberapa bulan terakhir kamu kirimkan uang untuknya? " Tanya Jerry kembali sembari memiringkan senyumannya.
"Oh Billa, temen Pap. Mm, Dia temen Gerry!, " Jawab Gerry sedikit terbata-bata .
"Jawab gitu aja kok kaya yang mikir, " Ujar Jerry di iringi gelak tawanya, "Gak usah bilang teman kalau di depan orangnya bilang sayang, " Ejek Jerry kembali kepada anaknya.
"Kalau nikahnya ama Denias gimana? " Tanya Jerry sedikit menyeletuk bebas, "Denias tuh cantik, gak usah di jadiin sahabat. Jadiin istri aja tapi kalau udah mati si Endy!, " Celetuknya lagi.
"Papa, udah dong bahas yang lain. Jangan buat Gerry malu sama Denias, " Keluh Gerry.
"Nah loh, malu sama Denias? Denias kan lagi gak ada. Lagian pembicaraan ini kan di belakang Denias? " Sahut Jerry kembali sembari meledek Gerry.
"Udah deh Pap, jangan buat Gerry malu ah."
"Ya udah, ya udah maafin Papa. Papa kan bercanda. " Pekik Jerry sembari tersenyum sangat manis.
"Eh iya, Papa sampai kapan di Jakarta? " Tanya Gerry.
"Sampai lusa, besok Papa ke Bandung dulu mau temuin temen lama!, "
"Ah palingan ketemu Mama Gema, Mama kan lagi di Bandung? Kemarin Mama kabari Gerry kalau Mama lagi di Bandung," Ucap nya, "Sampai kapan sih Pap? Papa sama Mama itu kan udah cerai? Kalau memang masih saling cinta, kenapa waktu itu cerai? " Tanya Gerry yang penasaran dengan sikap kedua orang tuanya.
Jerry dan Gema memang tinggal di beda Negara, Jerry sendiri tinggal di Australia dan Gema tinggal di Italia. Dan jika mereka ingin saling melepas rindu, mereka tinggal bertemu di Indonesia tepatnya di Bandung. karena Bagi mereka, Bandung adalah kota yang banyak cerita untuk kisah mereka.
"Papa gak bisa jelasin, lagian Papa sama Mama masih saling sayang. Ya kita jalani apa adanya, " Ucap Jerry.
"Ya tapi kan,, "
"Udah ah, Papa nginep aja ya disini. Sekalian kamu ikut ke Bandung, siapa tahu kamu ingin ketemu mama mu? " Tanya Jerry, Gerry langsung terkejut saat mendengar Jerry akan menginap. Gerry merasa kasihan dengan Denias yang pastinya akan merasa pengap karena berlama-lama sembunyi di dalam lemari, Jerry melihat wajah Gerry yang kembali merasa khawatir.
"Kamu kenapa?" Tanya Jerry.
"Enggak Papa, Gerry ingin sekali ikut dengan Papa. Tapi, "
"Tapi Apa?" Tanya Jerry kembali.
"Mm, iya tapi besok banyak kerjaan" Jawab Gerry dengan sedikit tegas.
"Ya sudah, Papa pulang saja. Lagian pakaian Papa juga ada di hotel, " Ucap Jerry kembali.
Beberapa menit kemudian, Jerry pun berpamitan kepada Gerry. Gerry terlihat mengantar nya sampai Ayah kesayangannya itu masuk kedalam mobil. dan beberapa saat kemudian, Mobil yang di tumpangi Ayahnya sudah tidak ada di area pandangannya.
Gerry segera berlari menuju Lift, Lift pun terbuka. Ia segera menekan tombol nomor 25, dan Lift pun segera naik ke tempat yang di tuju Gerry.
Ia berlari dan segera membuka pintu kamarnya, "Denias, " Panggil Gerry, Denias bersembunyi di dalam Almari milik Gerry beserta barang-barangnya. Sebelumnya Gerry menutup dan mengunci Almari tersebut, Gerry takut jika Ayahnya mengetahui keberadaan Denias.
Dan saat Gerry membuka pintu Almari miliknya itu,,
Brukkkk ,
Tubuh Denias terlihat sangat lemah, Gerry segera menggendongnya keatas kasur dan segera memberikan nafas buatan dari dalam bibir nya.
"Gerr, gw lemes" Aktingnya itu membuat Gerry percaya dan merasa bersalah, "Maafin gw Denias, Maafin gw. Kita ke rumah sakit ya!, " Ucap Gerry sembari kembali berusaha menggendong Denias.
Denias tertawa terbahak-bahak, Gerry sendiri terlihat kikuk saat menanggapi Denias.
"Lu Akting lagi? " Tanya Gerry, Denias mengangguk pelan sembari diselipi senyuman nakal.
Gerry seakan ingin menjatuhkan tubuh Denias, namun Denias menolak dengan teriakan nya yang begitu sangat kencang.
"Jangan di lempar, mendingan di Nikmati... Gimana? " Tanya Denias nakal, suaranya sedikit erotis dan membuat nafsu birahi Gerry terbangun kembali.
"Gw mau lu nakal terus kek gini, gw suka Den... Sumpah gw suka!, " Ujar Gerry sembari mengecup bibir Denias dengan sangat nakal..
Slurp.. Slurp, mereka bertukar cairan saliva bersama, menggoyangkan otot-otot lidah nya bersama-sama.