kejahilan gerry

1095 Kata
Mereka bertiga masih berada di dalam restauran, Denias sesekali memberikan tatapan yang menggoda. Billa tak melihat karena terlihat fokus dengan makanan yang ada di hadapannya, tubuh kecil nan rakus itu ada pada Billa. Gerry terlihat tidak senang saat melihat cara makan Billa, bagi Gerry Billa seakan menjadi orang yang kelaparan. Gerry menggelantung kan tangannya di bawah meja, begitupun dengan Denias. Dibawah meja, mereka saling memegang tangan satu sama lain. Gerry menyukai sikap Denias yang terlihat tidak memalukan, Denias memang terkesan sangat sensual dan terlihat sangat berkelas. Makan tanpa berisik garpu dan sendok, duduk dengan tegap dan mengunyah dengan pelan. Gerry senang jika seorang perempuan makan seperti itu, walaupun Denias terkesan nyablak. Namun, Denias masih tau cara makan di tempat berkelas seperti tempat ini. "Lu gak lanjutin makan Den? " Tanya Gerry. "Enggak, gw kenyang!" Sahut Denias yang sebenarnya berbohong, bukan kenyang tapi Denias terlebih dulu tidak nafsu makan karena melihat rakusnya Billa. Denias merasa malu sebagai perempuan, Denias pun memilih menyelesaikan makannya. "Ger, langsung balik iya gw capek! " Ucap Denias. "Gw nginep ya! Gw udah bilang nyokap bokap, palingan nanti telpon atau Video Call bareng lu Den" Timpal Billa, Gerry menelan ludahnya. Dalam ekspetasi nya, Gerry berangan-angan ingin melakukan hal itu lagi bersama Denias. Billa menatap wajah keduanya bergantian, "Gak boleh? " Tanya Billa. "B.. Boleh kok!" Ucap Gerry sembari menganggukkan kepalanya. "Den? " Tanya Billa. "Boleh, maaf gw lagi merhatiin cowok di depan itu. Gantengnya kebangetan!" Ujarnya, Gerry menginjak kaki Denias dan membuat Denias menjerit kesakitan. Awrrrggghhhhhh.... "Kenapa lu Den?" Tanya Billa. "Eng... enggak Bill, itu gantengnya Awet." Lirihnya berbohong kembali, Gerry menunduk dan menahan tawanya. "Masih aja lu liat cowok, Oge mau lu kemanain? " Tanya Billa tegas. "Mau gw kemas, bungkus, gw buang!" Celetuk Denias sembari tertawa kecil, "Habisnya gak guna, tiap jalan sama Oge pasti ada ributnya. Badmood lah, kurang paham lah. Bosen aja gitu terus?" Lanjutnya. "Awas aja kalau lu malah ada hati sama Gerry, lagian lu itu hidup bareng sama Gerry loh sekarang!" Mendengar ancaman Billa, Denias maupun Gerry seketika terdiam. "Gw bakal ngamuk kalau hal itu terjadi, gw bawa ke meja hukum!" Celetuknya lagi. "Hah, separah itu yang?" Tanya Gerry, Gerry seakan mengolok-olok Billa dan Denias tersenyum kecil. "Iya, gw bakalan simpan wajah kalian di bagian depan cover Majalah. Booming tuh pasti, Viral pasti!" Denias menggelengkan kepalanya. "Udah gak usah banyak omong, lu cepetan beresin makannya! " Balas Denias, "gw capek pengen pulang, pengen rebahan." Tambah Denias, Billa mengunyah makanannya kembali. "Badannya kecil, tapi selera makannya aduhai. Apa karena ini makan di restauran mahal?" Ucap Gerry dalam hati, Gerry menatap wajah Billa sembari menggelengkan kepalanya. Beberapa saat kemudian makanan di hadapan mereka sudah tak tersisa, Denias dan Gerry menganga kan mulutnya saat melihat Billa melahap habis sisa makanan di sana. "Sudah kenyang, Ayo pulang!" Ajak Billa kepada Gerry dan Denias, Billa terlihat menatap ke kiri dan ke kanan seakan mencari tahu keberadaan seorang waiters di sana. "Mbak" Panggil Billa sembari mengayunkan tangannya, "Bill nya tolong," Ucapnya dengan percaya diri. Seorang waiters wanita itu berjalan menghampiri dirinya, ia memberikan secarik kertas berisikan bill pembayaran. "7 Juta, " Ucapnya pelan, ia seperti menelan ludahnya sendiri. Denias menohok, Gerry merogoh sakunya. Ia membuka sebuah dompet kecil berisikan beberapa kartu, "Ini Mbak, " Gerry memberikan sebuah kartu yang berguna untuk membayar makanan yang sudah di makan tersebut. "Gerr, lain kali gak usah ajak makan kesini! " Ucap Denias, "Gila makan berapa piring harganya 7 Juta! gak akan mampu gw buat bayar" Sambung Denias sembari menggelengkan kepalanya. "Gak apa-apa kali ah Den, lagian Gerry kan banyak duit. Duit Segitu mah kecil buat Gerry!" Celetuk bebas itu membuat Gerry mengerutkan dahinya. "Udah gw bayar kok tenang aja, entar gw tulis di buku hutang atas nama kalian iya! Sewaktu-waktu gw gak punya duit, gw tagih ke elu berdua" Pungkas Gerry sembari menahan tawanya karena melihat wajah Denias yang terlihat sangat mengkhawatirkan. Setelah semua pembayaran beres, Gerry pun mengajak keduanya untuk pulang. Di dalam perjalanan, lagi dan lagi Billa bertingkah manja kepada Gerry dihadapan Denias. Gerry terlihat canggung, namun jika Gerry tidak menanggapi kemanjaan Billa, baginya masalah baru akan datang. Billa menggelayut di lengan Gerry, menyenderkan kepalanya di bahu Gerry. Denias menahan kesal karena melihat pemandangan itu, ia pun memberanikan diri mencubit pinggang Gerry. "Awrghhh" Teriakan nya membuat Billa terkejut. "Kenapa? " Tanya Billa. "Pinggang aku sakit, bisakah kamu duduk nya tegap? " Tanya Gerry, ia terpaksa berbohong. "Mm, Iya. Kok bisa sakit sih? Perasaan aku bersandar di bahu kamu deh yang? " Ujarnya yang terlihat sedikit kebingungan, "Oh mungkin kamu menahan beban tubuhku yang berat iya? " Tanya nya kembali. "Mm, Iya mungkin saja!" Jawabnya singkat. Gerry menatap kaca spion yang menunjukkan wajah Denias, Denias menaikan kedua alisnya sembari bersiul cukup kencang, "Dududu," Wajah datar pun di tunjukkan Denias, Gerry menggeleng pelan karena melihat Denias mengangkat alisnya sebelah serta menaikan kedua bahunya. Sepertinya Billa tidak sadar akan apa yang di lakukan Denias, Billa pun terlihat sangat santai. Gerry tahu jika Denias sedang merasa cemburu karena melihat tingkah Billa yang sangat manja kepadanya, bagi Gerry kecemburuan Denias benar-benar sangat menggemaskan. Sesampainya di halaman parkir basemen Apartemen Gerry, Denias dan Billa berjalan bersamaan, Denias terlihat merangkul Billa. Otak jahil Gerry pun bergerak bebas, Gerry tak hentinya bernyanyi mengenai lelaki yang sangat bahagia memiliki istri dua. Denias dan Billa terlihat mendecih kesal seakan menepis lagu yang sedang di nyanyikan oleh Gerry, "Oh wow... Wowo" Nada Fals pun terdengar nyaring mengganggu telinga Denias dan Billa, Denias dan Billa melepaskan rangkulan itu dan menutup telinganya masing-masing. Namun, lagi dan lagi otak jahil itu bergerak bebas di kepala Gerry. Gerry menepuk p****t Denias dan Billa bersamaan, "plaaaakkkkkk" "Hhh mmm bbbb rrrrr" Sembari berucap seperti itu, Gerry berlari dan mengolok-olok Denias beserta Billa dengan menepuk kan tangannya di pantatnya sendiri. "Apaan sih? " Denias merasa kesal, Ia pun terlihat berlari menyusul Gerry. Namun saat akan memasuki pintu masuk arah parkiran, Denias terpeleset hingga ia terjatuh cukup keras. "Bruggh..." Suara tubuh yang terjatuh cukup keras. "Awrg.. Sakit" Keluhnya, seketika itu Gerry berlari menuju Denias dan berniat menolongnya. "Lu gak apa-apa? " Tanya Gerry, Billa melihat jelas perhatian yang di berikan Gerry untuk Denias. Rasanya Billa ingin marah, namun Denias sedang merasa sakit dan ia mengurungkan rasa marahnya itu. Bila pun ikut bertanya, "Iya, Lu gak apa-apa kan Den?" Denias terlihat meringis kesakitan, "Gak apa-apa, tapi p****t gw sakit! " Ujar Denias. "p****t lu sakit, berarti lu kenapa-kenapa Den! Untung aja gak mahkota elu yang sakit, kalau ia gw pusing" Tutur kalimat yang Gerry ucapkan memang terkesan membuat orang berpikiran ambigu, namun sebenarnya Gerry sedang mencoba mencairkan suasana. "Jangan becanda dong Ger, sumpah ini sakit banget!" Keluh Denias kembali.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN