Aku menghela napas berat banyak-banyak, memtuskan mengambil waktu lima menit lagi sebelum meneruskan perjalanan menuju kantor. Apa yang terjadi di antara aku dan Mas Danu membuatku enggan menemuinya. Meskipun di dalam hati terasa benar, tapi kenyataan membuatnya salah. Harusnya aku nggak boleh begitu. Disebut berkhianat namanya kalau dalam pernikahan, malah terjebak perasaan dengan pria lain, bahkan kakak ipar sendiri. Karena berhenti di sisi jalan, di bawah pohon yang cukup rimbun, aku menatap depan sembari melamun. Orang-orang pasti berpikir ada yang salah dengan motorku, karena menepi tanpa melakukan pergerakan selain berdiam. Syukurnya ketidakperdulian mereka cukup membantu. Bayangkan kalau ada orang yang memiliki respect tinggi, rela menepi kemudian bertanya apa masalah yang kualami