Saat meja diketuk beberapa kali, aku kaget sekaligus menegakkan punggung. Dengan mata yang sepenuhnya tak fokus, aku bicara gelagapan, "Saya nggak tidur, Pak." Kemudian menyelipkan rambut ke belakang telinga, berusaha mengumpulkan kesadaran yang masih berada di awang-awang. "Saya hanya memikirkan ... tentang jadwal Anda besok." Senyum kaku terpasang, selanjutnya aku mengusap pipi, takut ngiler saat tertidur dan jejak itu masih tertinggal di sana. "Kenapa kau belum pulang?" "Hanya berjaga-jaga, jika Bapak menambahkan sesuatu pada jadwalnya." Kali ini kedua tangan saling bertaut di depan perut, tapi aku sudah cukup bisa beradaptasi dengan keadaan. Bahkan bisa mendongak, menatap Mas Danu dengan mata yang disipkan. Namun itu hanya berlangsung beberapa detik, karena selanjutnya aku disadark