"Ayo makan siang, Azkia!" "Hah?" Refleks aku mengatakan itu, karena kaget mendapati ajakan tiba-tiba. Terlebih, nggak biasanya Mas Danu seperti ini. Menjelang siang, dia selalu dikunjungi teman kencannya. Kalaupun kami makan bersama, dia sudah dipastikan nggak ikut karena sering sibuk dibanding membaur. Kemudian sekadar tambahan, aku lebih nyaman dia yang seperti itu dibanding yang sekarang. "Terima kasih banyak tawarannya, Pak, tapi ... makan siang kali ini mungkin saya lewatkan karena harus mengerjakan tugas kuliah." "Kesukaanmu apa, Azkia? Jepang, Italia, Prancis, Korea, atau lebih melokal?" Sebelah alisnya terangkat, tak terganggu sama sekali dengan penolakan. Sedangkan aku sudah menggerutu dalam hati, karena dia si manusia paling bebal dan ngeyel yang ada di muka bumi. "Jangan kha