Tanpa memberitahu, Mama Rima mampir di apartemen tepat saat aku mengoleskan selai pada roti. Beliau membawa lontong sayur untuk kami, tapi merasa keheranan saat tak mendapati keberadaan Kak Gian. Tatapan menjelajah ke setiap sisi, bahkan nyaris masuk ke kamar yang biasa Kak Gian tiduri, tapi batal karena pintunya terkunci. Mau nggak mau aku menghela napas lega karena itu. Seenggaknya Mama Rima nggak akan tahu kalau kami tidur di ranjang yang terpisah, bahkan disekat oleh tembok. "Biasa, Ma, kalau alat incarannya udah ketemu, suka pergi pagi-pagi banget. Tadi habis shalat subuh, nggak sarapan dia langsung berangkat," jelasku, lebih tepatnya berkilah. Kak Gian nggak pulang, dia kembali mengabari lewat pesan singkat soal dia yang tidur di tempat lain. Karena sudah terjadi beberapa kali, aku