Setelah mengambil jaket, aku ke luar kamar ingin kembali mengendap-endap melewati pintu belakang. Tapi percakapan di depan mendadak menghentikan langkah,secara samar aku seperti mendengar suara Mas Danu. Nggak mungkinkan dia menjemput terang-terangan sementara di telpon tadi kubilang di depan saja? Daripada membuang waktu menerka-nerka, sebaiknya aku memastikan secara langsung. Kalaupun rencana pergi sebentar dari rumah batal, maka tak apa. Aku tinggal bilang ke Mas Danu kalau aku berubah pikiran. Dengan langkah yang tenang, aku melewati lorong menuru ruang tengah. Begitu sampai di ujung dekat pintu, pendengaranku nggak salah. Mas Danu ada di sana, bertamu dengan santainya setelah menyalami Eyang dan Bunda. Turut duduk setelah dipersilakan duduk. Seolah memang direncanakan, Mas Danu memu