Mas Danu nggak ada di ruangannya. Dia pergi menemui klien dan itu dari dua jam yang lalu. Selama itu juga aku tak menempati kubikel karena main ke lantai satu, main di tempat Kak Hera sambil ngobrol santai. Percayalah, meskipun aku berkeliaran di jam kerja, tapi nggak dipermasalahkan sama sekali oleh yang lain. Malah kalau nggak sengaja berpapasan, mereka tersenyum atau melambaikan tangan. Seolah paham kalau berdiam di ruangan pun aku nggak tahu harus apa. Takutnya kejadian tiga hari yang lalu terulang, kalau menyentuh tanpa izin berujung membuat Mas Danu marah. Tentu saja aku menghindari hal itu. Mengingat kalimat tajamnya selalu sukses menyakiti kuping, berujung kesal dan sakit hati tanpa alasan. Dengan sikap yang sering berubah-ubah, aku curiga kalau Mas Danu memiliki indikasi ganggua