Intan menangis di ruang rawatnya. Intan sudah sadar sepuluh menit yang lalu setelah diperiksa. Untung saja kandungan Intan baik-baik saja lantaran air ketubannya tebal dan hanya kram perut karena stress. Intan sudah ingin mencabut inpusnya karena ingin menyusul suaminya di lapas, tapi Dewa menahan tangannya. "Aku ingin menemani mas Rexvan, Kak. Pasti dia kedinginan di sana, siapa yang akan buatin s**u panas saat mas Rex pusing, Kak? Hikss ... hiksss ...." "Intan, sabar ya! kami akan memikirkan jalan keluarnya sama-sama." "Jalan keluar apa, Kak? semua sudah selesai, suamiku kalah di persidangan dan sudah divonis lima tahun penjara, anakku tidak akan melihat siapa ayahnya, hikss ... hikss ...." "Kamu istirahat, jangan banyak pikiran. Kakak janji akan membantu suamimu agar bebas," "Aku