Pukul Sembilan malam, Intan jalan kaki menuju rumah sakit. Motornya sudah raib dia jual. Untung surat-suratnya masih lengkap. Setidaknya dia bisa mengantongi lebih banyak uang. Dan resikonya, Intan harus jalan kaki ke rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh. Jam segini sudah tidak ada angkot lewat. Mau pesan ojek online, hp nya lowbat. Tiin tiin! “Intan!” teriak seorang pria menghentikan motornya mendadak. Intan mengernyit, punggungnya seperti pak Dewa. “Intan kan?” Dewa tergesa-gesa turun dari motor. “Iya, pak Dewa.” “Kamu kenapa di sini?” tanya tanya Dewa bingung. “Kamu kenapa juga nangis?” tanya sadar tangan besar Dewa mengusap pipi Intan. “Eh tidak apa-apa, pak.” Jawab Intan kikuk. “Kamu mau ke mana? Biar aku antar.” “Saya mau ke rumah sakit, pak.” “Siapa yang sakit?” “Ibu.”