28. Tak Mungkin Bersatu.

2006 Kata

Marwa menutup telepon dan mengembuskan napas panjang. Ia menoleh ke jok belakang, memastikan semua koper dan tasnya sudah rapi. Setelah itu, ia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Siska. Ia ingin meminta rekomendasi hotel yang nyaman dan dekat dengan tempatnya bekerja. Siska menyambut teleponnya dengan tawa lebar. “Kamu mau tinggal di hotel lagi? Nggak kapok? Sudahlah, kamu tinggal di rumahku saja. Rumahku cukup besar, ada kamar kosong juga. Ngapain kamu bayar mahal-mahal di hotel?” “Aku takut ganggu, Sis. Nanti ibumu dan Tomi nggak nyaman ada orang luar di rumah.” “Tomi itu kerjanya ngelayap melulu. Kalau ibuku, dia malah senang kalau rumah rame. Lagipula, cuma sebulan, kan?” “Iya. Kata Pak Danar, tinggal finishing.” “Ya sudah kalau begitu. Kamu ke sini saja. Aku tunggu.” Marwa ter

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN