“Jadi, kamu benar-benar wanita itu.” Gumaman ambigu yang terdengar oleh Lylia, membuat wanita itu seketika mengerutkan dahi–kebingungan. Apalagi saat melihat manik mata Ravendra berubah sendu, berkaca-kaca seperti sedang mengenang sesuatu. Ada apa sebenarnya? Kenapa Ravendra mengatakan hal demikian? “Apa maksud Mas? Wanita itu ... Siapa? Apa Mas punya wanita lain selain aku?” tanya Lylia kebingungan. “Gak, Ly. Demi Tuhan, aku hanya punya satu wanita, yaitu kamu,” sanggahnya cepat. “Lalu, kenapa? Wanita itu siapa maksud Mas?” “Maaf, Ly.” Bukannya menjawab, Ravendra malah meminta maaf dengan suara lirih, hingga membuat Lylia semakin kebingungan. “Maaf buat apa? Mas gak ngelakuin kesalahan apa-apa.” Ravendra menggeleng. “Maaf, karena aku masih sempat merasa ragu.” Lylia yang