Hatiku semakin bergetar hebat saat kaki menapak di ruangan bercat putih. Ku lihat Rangga begitu tampan dan mempesona dengan tuxedo hitam dan dasi yang berwarna merah. ibu dan Vivi menggiringku untuk mendekatinya, menyuruhku untuk meraih tangan Rangga dan menciumnya. Kulihat Rangga tersenyum tipis, jakunnya naik turun. Rangga mengangkat tangan kanan membuatku mudah menggapai dan langsung menciumnya. Tubuhku membeku saat benda kenyal mendarat tepat di dahi, ini seperti hal aneh yang baru saja aku rasakan. Sekelebat aku ingat dosa dan tidak ingin mengulangi hal yang sama seperti bersama Vian, tapi kondisi di sekitar mengingatkan aku, jika aku sudah menjadi istrinya dan Rangga yang saat ini sudah merangkul pundakku adalah pria yang mahram bagiku. "Kau sudah melaksanakan tugasmu, Sayang?" bi