Akhyar mengangguk patuh. “Tidak akan, Umi. Sabine adalah darah dagingku. Ola juga sangat sayang dengan Sabine. Aku pun sayang dengan anak-anak dan cucu-cucu Ola.” Umi Haya terlihat lega mendengar tanggapan Akhyar. Dia menoleh ke arah Ola yang juga mendengar harapannya. Ola tersenyum mengangguk. “Masya Allah. Sudah tiga bulan?” tanya Umi Haya yang kini beralih lagi ke Ola. Dia tampak berusaha ingin memegang tangan Ola. Ola dengan cepat menyambutnya dan menggenggamnya erat. Sementara Akhyar perlahan mundur dari hadapan ibunya dan ikut duduk di dekat paman-pamannya. “Iya, Umi,” jawab Ola. “Berarti bulan depan kita syukuran,” Ola mengangguk pelan. Sekilas dia lirik para kerabat Akhyar yang duduk leseh di bawah memandangnya penuh kagum. “Iya. Bulan depan insya Allah kita adakan peng

