POV Adam Aku mengalihkan pandang saat bertemu tatap dengan Lana, begitu gerah rasanya. Bisa-bisanya dia menjilat bibirnya sendiri dan bertingkah menggoda seperti barusan? Astaga, lebih baik aku pulang saja daripada memandangnya aku jadi berpikir ngawur. Hal yang wajar aku berpikir ke arah sana karena aku lelaki normal, jadi sebaiknya pergi saja dari sini. "Saya sudah kenyang, saya mau pulang," kataku, mengambil tisu di meja lalu mengusap bibir. Lana memandang ke arah gelas teh yang belum kusentuh sama sekali. Karena tidak ingin Lana kecewa teh buatannya belum kuminum, akhirnya aku meraih gelas, dengan ragu mendekatkan teh gula merah ke bibir, wangi khas gula aren membaur dengan aroma melati langsung menyergap hidung. Aku meminumnya seteguk, di luar dugaan, rasanya enak, manisnya sedang