Aku menggaruk rambut. Dari ekspresi Lana sepertinya dia tampak keberatan jadi lebih baik tak memberitahu keinginan Mama padanya sekarang. Pelan-pelan saja Lana pasti akan mengerti. "Bukan apa-apa, Sayang. Ayo, masuklah." Dengan tatatapan penuh cinta aku mengisyaratkan agar dia segera masuk mobil namun dia tetap berdiri diam di tempatnya, memandangiku dengan wajah penasaran. Dengan gemas, aku segera mengangkat tubuhnya. Lana membeliak kaget. "Ka-kaaak." Dia menatapku protes. Aku mendudukkannya ke jok kemudian memajukan tubuh mendekat ke arahnya. "Ada apa Sayang?" tanyaku dengan bibir mengulum senyum. "Malu dilihatin nama," katanya. Aku pun menoleh, benar saja ada Mama di ambang pintu rumah, perempuan ayu itu melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Aku menyentil hidung Lana. "Tidak