ENAM PULUH ENAM

1500 Kata

Satu tahun kemudian. Ian terbangun dari tidurnya, satu tangannya menggapai-gapai permukaan nakas di samping ranjang, mencari segelas air putih untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Ian bangkit, terduduk di sisi ranjang dengan kaki yang sudah menapak di lantai, menatap kembali gelas kosong yang baru diingatnya jika sebelum tidur tadi sudah ia habiskan isinya. Ian berdiri, melangkah ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum mengambil gelas kosong itu dan membawanya turun ke lantai bawah, untuk diisi ulang. Tepat di depan kamar Dirga, langkahnya terhenti. Ian menempelkan telinganya di daun pintu berwarna putih itu, meyakinkan diri jika pendengarannya tak bermasalah. Ternyata benar, Ian mendengar jelas isak tangis dari kamar itu. ‘Astaghfirullah... Ada apa?’ Baru saja Ian henda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN