Meta termenung di depan cermin, mengusap lembut bibirnya. Ciuman hangat Ian masih begitu terasa. Semalam, Meta sudah mengatakan pada Ian melalui pesan singkat agar jangan lama-lama menciumnya di bibir. Singkat saja. 'Malu dilihat orang banyak.' Tulis Meta. Ian menyanggupinya. Tetapi tadi, yang terjadi justru sebaliknya. Ada sebait kata-kata manis yang Ian utarakan sebelum suaminya itu memasangkan cincin di jari manis Meta. "Aku ingin... Sehati, sejiwa, bahagia, sehidup, semati, dan sesurga denganmu... Aku mencintaimu, Ta..." Setelah mendengar untaian kata-kata itu dengan suara Ian yang bergetar, air mata Meta tak bisa dihentikan lajunya. Ia bahkan tak mampu melihat jelas ketika akan memasangkan cincin di jari manis Ian, pandangannya kabur karena genangan air mata. Lalu Ian menciumnya