Canggih Aku merasakan perutku mual lagi dan segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semuanya, kenapa yang kumuntahkan hanya lendir putih saja, padahal tadi baru makan, lupakan saja. Aku pergi ke kamar dan merebahkan badan rasa dingin di luar masih menyentuh kulit ini, mengambil selimut dan menutup seluruh tubuh kepalaku terasa berat dan mata ini menyuruh untuk tidur. Aku menutup mata berharap bisa terlelap sampai puas. “Affry!” Sontak mata ini terbuka, rasanya jantungku berdetak dengan cepat. Chaing He duduk di samping memegang tangan ini. “Kamu bisa kaget lagi,” ucapnya dan tubuh ini seperti susah bergerak. “Sudah jam tujuh malam, mandi sana,” ucapnya dan aku melihat jendela yang sudah ditutup rapat tanpa cela. “Kamar mandinya m***m, aku tidak mau mandi di sana,” ucapku dan di