Shiyo

1316 Kata
Shiyo “Ayo kita pulang,” ucapnya menghampiri ruanganku, dan aku merapikan barang-barangku. Dia menungguku di luar, setelah selesai aku menghampirinya, selama perjalanan aku memperhatikannya, apa dia yakin mau melakukan hal seperti itu? Aku mau memastikannya lagi, tapi rasanya hawa ketakutan menghampiriku, membuatku takut untuk membuka mulut. Yang aku takutkan nanti, orang tua Caroline akan sangat kecewa. Perasaan orang tua tidak boleh dipermainkan seperti itu, walau nanti yang ditangkap oleh matanya adalah Chaing He yang seorang penghianat, tapi sama saja pasti kedua orang tuanya akan merasa bersalah menikahkan anaknya pada prua b******k. “Kamu pikirkan apa sih, dari tadi lihat mukaku saja kayak ada yang penting.” Aku langsung memalingkan wajahku dan tersenyum sendiri, astaga. Ini sangat memalukan, aku tidak sadar kalau dia memerhatikan aku dari tadi. “Aku tahu aku ganteng, tapi tidak perlu sampai melihatnya begitu.” Dasar anak gila, dia kira dia ganteng kali sampai aku tidak mau melepaskan pandanganku sendiri begitu? Sesampainya di mobil aku langsung masuk, lalu pura-pura tidur agar dia tidak menggangguku. Beberapa menit aku menunggu, kenapa mobilnya belum jalan juga, padahal dia kan sudah masuk. Aku membuka mataku sedikit dan melihatnya sedang apa. “Jangan pura-pura tidur,” ucapnya aku langsung memayungkan bibirku dan membuka mataku. Ternyata dia sedang bermain ponsel sambil tersenyum. Dia sedang asyik dengan siapa, aku berusaha mengintip ponselnya tapi dia melarangnya dengan tubuhnya. Aku langsung menyingkir, dia tersenyum lagi, membuatku penasaran. Aku langsung menarik ponselnya dan yang ada di ponselnya hanyalah fotoku saja. Apa maksudnya, apa dia tersenyum melihat ini? Itu tidak mungkin, aku mengecek aplikasi yang terakhir dilihat, dan tidak ada selain galery. Aku menatapnya dan dia tersenyum, lalu menciumku. Aku hanya bisa menerima dengan terpaksa, dia melepas kecupannya dan menatapku kini dengan tertawa pelan. “Kenapa sih?” tanyaku. “Tidak ada, ayo kita berangkat,” ucapnya menjalankan mobil, sesampainya di rumah aku langsung ke kamar dan tidur. Rasanya seluruh tubuhku sangat sakit, padahal sudah dua hari aku belum melakukan hubungan badan. Setelah cukup istirahat aku turun dan membuka kulkas, mengambil beberapa camilan dan memakannya di depan TV. Sejauh ini aku tidak melihat orang tua Chaing He, mereka pasti sudah pulang. “Bi, di mana Chaing He?” tanyaku. “Di ruangan kerja, Nyonya,” jawabnya dan aku melanjutkan menonton TV. Oh iya, aku kan mau menelepon Shiyo. Aku mengambil ponselku dan mencari nomor miliknya. Setelah ketemu aku langsung mehubunginya, telepon pertama tidak diangkatnya, aku meneleponnya lagi dan akhirnya dia mengangkatnya. Tapi kenapa diam ya, biasanya langsung teriak. “Shiyo, ini kamu kan?” ucapku dan tidak ada jawaban sama sekali, aku mengecek ponselku dan masih tersambung, lalu tiba-tiba terputus. Aku mengecek pulsaku dan ternyata habis. Satu-satunya cara meminjam ponsel Chaing He, aku meletakkan camilanku dan menghampiri ruangan kerja miliknya. Saat aku masuk dia lagi sibuk memainkan laptopnya. “Pinjam ponsel,” ucapku dan dia melihat ke arahku lalu ke arah ponselnya. Aku langsung mengambilnya dan pergi, tak lupa aku menutupnya kembali. Kumasukkan nomor Shiyo dan tak lupa aku mengubah pulsanya agar bisa menelepon ke luar negeri. Aku langsung menghubungi Shiyo, syukurlah masuk. Beberapa detik kemudian dia mengangkatnya. “Halo,” ucapnya dari seberang sana dan aku langsung tersenyum. “Aku Affry, gimana kabarmu?” tanyaku sambil memakan camilan lagi, tak lupa ponselnya aku buat mode speaker lalu kuletakkan di sampingku, agar aku bisa memegang camilanku. “Aku baik juga kok, kenapa baru hubungi sekarang? Kamu lupa samaku ya? Atau sengaja dilupakan? Tunggu diingati baru ditelepon. Media sosial juga jarang aktif, lama-lama kamu kek istri orang yang kerjanya sibuk melulu!” tegasnya dan untung saja ponselnya jauh jika tidak aku akan tuli mendengar suaranya. “Aku sibuk sayang, kamu bilang ada gosip. Ceritakan samaku, di sini aku gak ada kawan gosip sama sekali. Rasanya bosan, kamu datang ke sini kek, aku bayari ongkosnya.” “Aku mau sih datang, tapi tugasku banyak. Lagian aku tidak perlu ke sana lagi, aku dengar kabar katanya paman mau jodohkan kamu sama orang kaya yang ada di dekat rumahmu itu.” Aku langsung memuntahkan semua camilan yang masuk ke mulutku dan segera minum. Kutarik nafasku panjang lalu kukeluarkan. “Tidak mungkin!” teriakku kuat, aku tidak tahu Chaing He mendengarnya atau tidak. “Telingaku ya ampun, bisa volume suaranya dikurangi tidak? Telingaku serasa mau meledak.” “Kamu salah dengar kali, aku saja belum dihubungi mana mungkin aku mau dijodohkan. Aku tidak akan mau sampai kapan pun.” “Aku Cuma dengar gosip tetangga, setidaknya kamu bersiap-siap saja. Oh ya Affry, jujur samaku. Aku mau bicara serius, jangan speaker kan dam cari tempat sepi.” Tumben Shiyo bicara serius? Aku langsung pergi ke belakang halaman. “Sudah,” jawabku. “Jujur samaku, kamu menderita kan kerja di sana, jangan bohong. Aku sudah berteman denganmu selama 10 tahun. Aku tahu sifatmu seperti apa?” Apa aku harus jujur pada Shiyo, aku yakin dia memang tidak akan menyebarkannya. Tapi aku takut dia mengatakan aku jelek dan tidak mau berteman denganku lagi. “Tenang saja, seburuk apa masalahmu aku akan mendengarnya. Dengar ya Affry, waktu kamu di Jepang kamu selalu menghubungiku dan memberitahu apa yang kamu lakukan, semenjak kamu ke Cina, kamu jarang memberi kabar. Dan biasanya itu karena ada masalah yang tidak mau orang lain tahu bukan? Cepat ceritakan padaku!” “Sebenarnya, aku menjadi wanita simpanan bosku, keperawananku diambil dan aku terikat kontrak padanya, dan aku harus melayaninya selama dia mau. Dulu aku sangat membencinya saat dia melakukan hal itu. Tapi lama kelamaan aku sadar bahwa dia itu orang yang sangat baik, dan mungkin aku menaruh hati padanya, walau aku tidak tahu sama sekali secara rinci tentang hatiku. Dan kini semuanya hancur, dia ditunangkan dengan wanita lain. Aku tidak tahu harus melakukan apa? Aku hanya wanita simpanan, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Di dalam kontrak juga dikatakan jelas kalau dia bebas bermain dengan wanita lain. Tapi, aku tidak tahu anugerah apa yang datang, wanita itu datang dan memberikan sebuah ide agar pertunangan mereka, di satu sisi aku sangat senang, tapi aku merasa seperti bersalah.” “Kamu tidak perawan lagi? Sebenarnya itu sudah sangat mengerikan Fry, harusnya kamu cerita sama aku. Pasti kamu stres memikirkan hal itu bukan?” “Tapi aku takut dan malu, Yo. Kamu akan menjauhiku, dan aku tidak tahu harus apa lagi.” “Aku sahabatmu Fry, sekarang kamu harus menjalankannya. Kamu telah berbuat dosa dan melakukan hal itu sebelum menikah. Aku akan mencari tahu apa kamu benar-benar akan dijodohkan atau bukan.” “Terima kasih ya, kamu masih mau berteman samaku. Padahal aku seperti ini.” “Iya, jangan lupa hubungi aku terus ya, aku kangen. Oh iya, kita lanjut besok ya. Aku mau lanjut kerja dulu, tenang saja masalahmu akan aku simpan pribadi kok.” “Iya, sampai bertemu lagi.” “Bye.” Aku mematikan teleponnya, untung saja Shiyo mau menerimaku apa adanya. Tapi kalau yang dia katakan benar aku akan dijodohkan dengan laki-laki lain apa Chaing He mau membantuku? Aku pergi dari tempat itu dan membalikkan ponselnya Chaing He. Saat aku masuk ke ruangannya dia masih sibuk dengan kerajaannya. Aku meletakkan ponselnya di atas meja dan melihat pekerjaannya. “Kamu gunakan buat apa?” tanyanya. “Tadi aku pakai teleponan sama temanku,” jawabku dan tetap melihat hasil kerjanya. Walau aku tidak mengerti entah apa yang dia kerjakan. “Kamu tidak capek? Sana mandi dulu baru tidur,” ucapku dan dia menggeleng. “Sebentar lagi baru siap,” jawabnya. “Sebentar lagi Caroline akan memberitahu waktunya, cepat mandi dan tidur.” Aku mengambil laptopnya dan menyimpan datanya lalu mematikannya, dia menatapku malas dan pergi. Aku menyiapkan bajunya, selesai mandi dia memakai baju dan pergi ke tempat tidur. “Peluk aku, biar aku bisa tidur,” ucapnya dan aku memeluknya, serasa aku sedang menidurkan anak kecil. Dia mencium perutku dan aku langsung geli, dia tertawa dan aku menutup matanya. Baru lima menit di tempat tidur, dia sudah terlelap. Dia bilang dia tidak capek tapi buktinya dia langsung terlelap saat disuruh tidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN