“Adek mau es kyim lagi, Ma,” ucap Naira ketika es krim-nya habis. Aku yang sedang nyetir, seketika menoleh. Senyumku langsung mengembang begitu melihat bibir putriku belepotan. Benar-benar tampak lucu. “Papa bilang apa waktu itu?” Naira cemberut. “Bolehnya cuma satu.” “Nah, artinya apa? Boleh lagi atau enggak?” Naira menggeleng pelan. Bibirnya masih menekuk. “Tapi mau lagi, Ma. Kuyang.” “Adek masih lapar?” “Iya. Mau es kyim lagi.” “Kalau buah aja gimana? Tadi kan bawa stroberi. Kalau itu boleh.” “Ya udah, stobeyi enggak papa.” Aku menepikan mobilku sejenak, lalu mengambil tas di belakang. Ada stroberi yang sudah kucuci dan kumasukkan ke dalam mika bening. Aku membukanya, lalu menyerahkannya pada Naira. “Adek makan ini aja, ya? Es krimnya udah dulu dan jangan sering-serin