Keluarga bukan sekadar ikatan darah, tetapi mereka yang memilih untuk tetap ada—di hari terbaik maupun terburukmu. *** Keluarganya berkumpul di rumah hangat itu. Bukan hanya Dirga, Andien, dan kedua adik perempuan Eldra, namun juga semua anak pemilik rumah beserta keluarga masing-masing. Jika sudah begini, bukan hal yang aneh mereka duduk berhimpitan. Irgi—si Sulung Pranata—kembali ke kursinya setelah membuat mi goreng, tepat di balik bahu Eldra yang duduk di lantai. “Kok wanginya beda, Papa Gi?” tanya Eldra. “Nih, cobain!” tanggap Irgi. “Papa Gi dulu dong.” Irgi memilin mi di garpunya, begitu terkumpul, ia mengangkat alat makannya, ia sodorkan ke mulut Eldra. “A!” “Papa Gi dulu.” “Buruan, Bang. Laper ini Papa Gi. Lama-lama makan orang nanti.” Eldra terkekeh, mengucap bismillaah,