Some wounds endure in silence, and some embraces need no words to explain everything. *** “Panggil Yara!” titah Sonny pada asisten rumah tangganya di pagi lainnya. Perempuan yang usianya mendekati paruh baya itu bergegas mengayun langkah ke kamar putri majikannya. Ia mengetuk beberapa kali, menunggu Yara membukakan pintu, lantas menyampaikan apa yang Sonny pinta. “Hmm. Sebentar lagi,” ujar Yara singkat. Lima menit kemudian, Yara meninggalkan kamarnya, berjalan dengan tatapan kosong ke ruang makan. Ia duduk berhadapan dengan Sonny, di bawah pengawasan tajam sang ayah. Cuaca sungguh terasa lebih dingin dari biasanya. Yara menegakkan punggung, menatap piring di hadapannya, juga menu sarapan yang terhidang pagi itu. Namun, ia tak berselera menyentuh makanan-makanan tersebut. Sonny mend