107: THE LAST CHANCE

1851 Kata

Tak ada tempat untuk bersembunyi. Tak ada jalan untuk kembali. Tidak akan sejarah terulang. *** Beberapa Jam Sebelumnya. Pranata’s Penthouse. “Ma?” panggil Eldra, padahal ia masih meniti anak tangga bersama Sofi, belum pungkas kedua kakinya menapak di lantai dasar kediamannya. “Ma?” “Sama aja ya ternyata? Kirain anak-anak gue doang yang modelannya begitu,” ujar Meta. “Munculin muka aja belum udah; Mi? Miii?” Andien terkekeh. “Mending itu sih, Met. Kadang manggilin gue, nyari gue, tapi pas gue tanya ada apa, jawabannya malah balik nanya; Mama mana, Pa?” tanggap Dirga. “Tiga-tiganya anak gue begitu!” timpal Ian. “Seru banget sih ngegibahin Abang,” seloroh Eldra begitu bergabung di ruang santai. “Kenapa Abang manggilin Mama?” tanya Andien kemudian. “Itu, Dad Davi otewe ke sini, Ma.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN