44: SILENT EXIT

1511 Kata

Privacy isn’t about hiding something—it’s about having the right to choose what stays yours. *** “File yang dari email-nya Mama, sudah bisa dibuka?” tanya Eldra. “Belum, bro,” jawab River. “Gue oper ke Daddy Ditya.” “Oh. Lo ngga bisa?” River menaikturunkan bahu, lalu menoleh ke Eldra dengan ekspresi jengkel. “Gue udah udah order ice cream cake buat sajen lo, bro,” kekeh Eldra. “Ngga gratis, tenang aja! Paham gue kalau lo laperan,” candanya kemudian. “Wajib itu mah! Tapi, bukan soal es krim,” tanggap River. “File-nya ngeselin banget, bro. Gue rasa isinya penting banget sih sampai diproteksi mati-matian begitu.” Kening Eldra mengerut. Sofi yang baru saja duduk di samping kursi Eldra ikut menatap River dengan penuh tanda tanya. “Diproteksi mati-matian gimana?” tanya Eldra lagi. Rive

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN