Kita memang tak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa memilih bagaimana cara menghadapinya. *** “Abang sudah bangun?” tanya Andien yang menyembulkan kepalanya di antara daun dan bingkai pintu kamar Eldra. “Sudah kok, Ma.” “Ngobrol sebentar di kamar Mama? Sambil ngemil pisang goreng dan tempe mendoan?” Eldra tersenyum, memberi anggukan. Hari masih gelap, jarum panjang jam di dinding baru sedikit saja meninggalkan angka XII, sedangkan jarum pendek masih betah di angka V. River dan Farzan bahkan begitu pulas menyambung tidurnya selepas shalat subuh tadi. “Masih sepi,” gumam Eldra begitu keluar dari kamarnya, mendapati situasi rumahnya yang cukup hening meski penghuninya bertambah banyak semalam. “Sudah pada bangun, kok. Abang mau jogging sama Sofi?” “Iya, Ma. Nanti jam enam dari si