Shaka duduk di ruang kerjanya, jari - jarinya mengetuk - ngetuk meja tanpa pola. Matanya tertuju pada layar laptop, tapi pikirannya jauh melayang ke tempat lain. Sejak pagi tadi, ia sudah menyelesaikan semua administrasi untuk perjalanannya ke Jepang—visa waiver beres, tiket pesawat sudah dipesan, bahkan koper kecil pun sudah ia siapkan di kamarnya tadi malam setelah menelpon Nini, walaupun semalam belum ada visa dan tiket di tangan dia tetap menyiapkannya, seniat itu dia berangkat kali ini. Sebenarnya visa waiver Shaka masih berlaku 2 tahun, tapi masalahnya satu tahun yang lalu paspornya habis masa berlakunya dan harus diganti, otomatis Visa waivernya langsung kadaluarsa juga dan dia belum pernah apply lagi. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pikirannya, yaitu soal Demian. "Demian