Saat mobil melaju pelan menembus lalu lintas malam yang mulai lengang, Demian melirik jam digital di dashboard. Pukul 20.04. "Aku mampir ke apotek sebentar ya," katanya sambil menurunkan kecepatan."Mau beli pesanan Mama. Takutnya kalau kelamaan nanti apoteknya tutup." Leah yang sejak tadi duduk santai dengan tangannya yang masih dalam genggaman Demian, hanya mengangguk setuju. "Oke," jawabnya singkat. Ia tahu betul kalau urusan mamanya Demian adalah prioritas yang jarang bisa ditunda. Dan ia justru suka, bagaimana Demian selalu punya ruang dalam hidupnya untuk orang tuanya yang tinggal satu-satunya. Katanya pria yang sayang dengan Ibunya sudah pasti sayang juga dengan pasangannya. Leah bisa melihat itu juga pada mas Juna. Mobil mereka berhenti di depan apotek Senopati yang masih teran