Nia masih bengong beberapa saat, “Kamu bilang apa?” “Aku bilang aku membutuhkanmu, Nia” Nia tak bisa mengatakan apapunlagi, ucapan Rafael lebih mengejutkan di banding kedatangannya yang mendadak. Bibir Nia sudah beku hanya dengan melihat tatapan kosong Rafael, entah hanya Nia saja yang merasa atau memang jiwa Rafael melayang jauh. “Boleh aku memintamu menemaniku sebentar saja?” “Baiklah” Rafael mengajak Nia berjalan menuju taman kecil yang terletak di sekitar lingkungan tempat tinggal Nia, Rafael berjalan dalam diam tak bersuara apapun. Sedangkan Nia berusaha menebak isi lamunan Rafael apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang baru di kenalnya dalam beberapa hari ini? Mereka berdua melewati jalanan kampung yang sedikit sepi, biasanya jam delapan malam jalana

