Bertemu Lidya terasa bagaikan angin segar. Aku merasa seolah terperangkap berada di antara anggota masyarakat kelas atas, yang sepertinya menghakimiku tanpa mengetahui siapa diriku. "Bella, apa kamu baik-baik saja?" Sambil menggelengkan kepala, aku menahan air mata yang mulai menggenang dan tertawa. "Acaranya sudah kacau. Kurasa salah sudah datang ke sini." "Oh, tidak," balas Lidya. "Kamu terlihat seperti dewi malam ini, Bella. Jangan biarkan wanita jalang bermuka dua dan tukang bohong itu membuatmu merasa salah tempat. Omong-omong, di mana Janu?" Sambil mendesah, aku menoleh ke tempat dia berada bersama Amira, "Bersama wanita itu." "Aku tidak terkejut." Lidya menyeringai. "Kenapa kamu tidak berada di sana?" "Karena seorang pria bernama Cakra kenalan Janu ingin berdansa denganku, dan