Tak terasa hari acara telah tiba, ketika aku masuk ke dalam bagian belakang mobil bersama Niko, aku merasa bersemangat tentang acara hari itu. Para mahasiswa berbaris menunggu dengan sabar untuk diizinkan masuk ke gedung, dan selama aku bersama dengan Niko, aku tidak perlu demikian. "Ayo, ayo masuk," katanya saat aku menatapnya. "Bukankah kita harus menunggu?" tanyaku, sambil mengalihkan pandanganku darinya ke arah barisan orang yang menunggu di luar. "Tidak," dia terkekeh. "Aku tidak pernah menunggu sekali pun." Tentu saja, dia tidak pernah menunggu. Mengapa aku berpikir dia melakukannya? Aku rasa itu hanyalah sisi mewah dari gaya hidupnya. Saat kami berjalan melewati pintu Gedung Utama, aku benar-benar terpesona. Mulutku ternganga melihat pemandangan indah di depanku saat cahaya al