Sembari duduk di restoran, aku menikmati keindahan cahaya yang redup warna-warni yang terasa hangat di tempat itu. Suasana di penjuru restoran itu cukup romantis, dan tatapan Janu membuatku merasa seolah-olah aku adalah satu-satunya wanita di ruangan yang dia incar, dan mungkin itu benar, tapi aku harus tetap menggunakan logika. "Tempat ini sangat bagus," kataku sambil terus mengagumi ruangan itu sebelum mataku tertuju padanya. Tatapan penuh nafsu yang dia berikan padaku membuat perutku tegang menanti apa yang akan terjadi. "Aku pikir kamu akan menyukainya," jawabnya, mengangkat gelas anggur ke bibirnya dengan seringai tampak di wajahnya. Jika dipikir-pikir, beberapa hari yang lalu, aku sedang mempertimbangkan untuk melepaskan semua yang aku miliki dengan Janu, dan sekarang aku duduk di