Yuka terus meraung-raung dan meracau, segala sumpah serapah ia lontarkan, membuat Mr. Yamazaki ikut pusing mendengarnya. Wanita itu benar-benar seperti sudah kehilangan akal dan hal itu membuat ayahnya muak. Pandangan mata pria tua itu terpaku dan terkunci pada putrinya yang tengah duduk di sofa dengan segala amarah dan tangis. Ekspresinya benar-benar menunjukkan bahwa ada amarah yang membara di sana. Kekacauan menyelimuti ruangan itu, tak ada satupun barang yang selamat dari amukan wanita itu, hampir semuanya hancur tak tersisa. “Yuka, ayo kita kembali. Kita bicarakan semua ini di rumah,” ajaknya. Mr. Yamazaki bicara dengan suara yang sangat lembut namun penuh penekanan, tak ingin kembali memancing amarah, namun ia bersikap seakan sedikit memaksa. “Aku, akan tetap di sini sampai mereka