Hari sudah pagi. Enggar terbangun. Ia mengucek mata, menajamkan penglihatan. Bukan di kamarnya. Saat membalik badan, ia baru ingat kalau semalam meminta Indah untuk memijitnya karena pria itu tidak bisa tidur. Entah karena apa, bibirnya tersenyum saat melihat Indah yang masih memejamkan mata di sebelah Abi, di ranjang yang sama dengannya. Tidak bisa dimungkiri, meskipun tidak begitu mirip, tetapi ada yang membuat Indah terlihat seperti Intan. Mengingat nama Intan membuat Enggar merasa bersalah. Ya, ia telah mengkhianati perasaannya kepada almarhumah istrinya. Ia telah mengingkari janji karena sudah jatuh cinta pada Yanti. Mengingat nama Yanti, membuatnya langsung turun dari ranjang. Ia tidak mau Yanti salah paham. Saat pria itu membuka pintu, bertepatan dengan Yesa yang juga berniat m