Yang nggak bisa buka part 23 dan 24, bisa direfresh dulu, ya ... Hapus dulu ceritanya dari library, terus masukin lagi. *** “Halo?” Enggar diam. Ia tidak mampu berkata-kata. “Halo?” ulang suara di seberang sana. “Ha ... halo. Indah....” Di seberang, Indah juga membatu. Setelah sekian lama, suami yang tiba-tiba menghilang, menghubunginya. “Ndah ... ini aku, Ndah. Bisa minta tolong minta nomor ponselmu?” Indah mencoba menguasai diri. Ia tarik napas dalam, dan mengembuskannya. “Buat apa, Mas?” “Ada yang ingin aku jelaskan. Tapi aku tidak ingin ada yang mendengar. Aku ingin mengirim pesan. Dan aku tidak hapal nomor kamu.” “Baiklah.” Indah menyebutkan nomornya. Kebetulan, di depan Enggar ada pensil dan kantong bekas semen. Ia menyobeknya menuliskan nomor Indah di sana. “Aku aka