Pria itu duduk. Begitu juga dengan Indah. Seperti mendapat dorongan, Indah nekat mendekatkan wajah dan segera mencium bibir pria yang memang halal baginya itu. Bukannya menolak ataupun marah, menyambut ciuman Indah. Bahkan, ia memindahkan posisi sang istri menjadi di atas pangkuannya. Enggar mengerang saat mulai memperdalam ciuman. Namun, tiba-tiba saja ada yang membuka pintu. “Buntan ... Yesa mau sarapan nasi goreng.” Seketika Enggar dan Indah melepaskan ciuman. Mereka saling pandang. “Buntan ... Ayah ... kalian lagi apa?” tanya Yesa polos. Indah yang masih berada di pangkuan Enggar langsung turun. Berakting seolah tidak terjadi apa-apa. Wanita itu berjalan mendekati Yesa. “Yesa mau sarapan nasi goreng?” tanya Indah mencoba mengalihkan fokus Yesa. “Iya, Bun.” “Oke. Buntan buatk