Elang melempar sebuah vas bunga ke lantai sampai pecah berserakan membuat semua yang ada di ruangan itu kaget.
“Saya tidak mau tahu, pernikahan ini harus tetap di laksanakan seperti rencana awal. Jika tidak, bersiaplah besok Tuan Dario dan Nyonya Lilian akan hidup di jalan,” kata Elang tegas menatap calon mertuanya dengan tajam.
Elang tidak mau keluarga besar Pramudia malu akibat kesalahan fatal Bianca, membuat Tuan Dario dan Nyonya Lilian kaget dan takut dengan tubuh bergetar. Tuan Dario mendekati Elang yang sedang menahan amarahnya.
“E--Elang kami tidak tahu Bianca di mana. Sudah dua jam kami mencarinya, tapi tidak menemukannya,” kata Tuan Dario dengan nada bergetar.
Elang mundur dan Tuan Jordy maju, Elang takut jika nanti dia akan kehilangan kendali. Jadi dia menyerahkan semua masalah ini ke ayahnya.
“Saya mau pernikahan ini tetap terjadi seperti rencana awal putra saya,” kata Jordy tegas.
Tiba-tiba seorang gadis cantik dengan gaun selutut berwarna peach di padu dengan heels yang senada dengan rambut hitam menggerai. Gadis cantik itu berlari membuat rambut panjangnya menari-nari akibat di terpaan angin.
Elang menatap gadis itu dengan tatapan terpesona, Elang seperti pernah melihatnya tapi entah di mana dia lupa.
“Ma!” Panggil gadis itu dengan nada dengan suara lembut.
“Suara itu,” batin Elang, suara yang sang familier bagi Elang.
“Bagaimana, kamu sudah menemukan keberadaan kakakmu?” tanya Nyonya Lilian.
Gadis cantik itu menggeleng sambil tertunduk takut dengan tubuh bergetar dan nafas yang masih ngos-ngosan. Gadis cantik itu adalah Arbela anak Dario dan Lilian juga.
“Dasar anak bodoh! Tidak bisa diandalkan kamu Arbela,” maki Nyonya Lilian tanpa malu di depan keluarga besar Pramudia.
Gadis cantik itu hanya terdiam menunduk saat mamanya memaki dirinya di depan banyak orang.
Jordy menatap gadis cantik di depannya itu, tiba-tiba muncullah ide untuk menjadikan gadis itu menantunya. Entah kenapa Jordy merasa tertarik dengan gadis cantik di depannya itu.
“Bagaimana Nyonya Lilian sudah siap tinggal di jalanan?” tanya Jordy dengan nada tajam, membuat Nyonya Lilian dan Tuan Dario terbelalak kaget dan takut.
“Papa bagaimana ini?” tanya Lilian namun Dario hanya menggeleng pasrah.
“T--tuan bagaimana jika pernikahan ini kita tunda untuk sementara waktu sampai saya menemukan Bianca,” kata Lilian bernegosiasi ke Jordy.
“Tidak, saya tidak mau pernikahan ini di tunda. Itu akan mencoreng nama baik keluarga besar saya,” kata Jordy tegas tanpa memedulikan kegelisahan Tuan Dario.
Nyonya Evelyn berjalan mendekati gadis cantik yang masih tertunduk. Dia mengangkat dagu sang gadis dan membuat gadis itu mendongak menatap Nyonya Evelyn. Terlihat mata hanzel yang sangat indah namun terselip kesedihan.
“Kamu cantik Nak, bahkan sangat cantik. Kenapa kamu harus menundukkan kepala hem?” tanya Nyonya Evelyn lembut membuat gadis manis itu hanya diam menatap Nyonya Evelyn lekat.
Nyonya Evelyn memegang tangan gadis itu dan melihat telapak tangan gadis cantik itu berdarah.
“Ya ampun Nak, tangan kamu berdarah,” kata Nyonya Evelyn sontak membuat semua yang ada di sana kaget. Kecuali Lilian dan Dario yang menatap gadis cantik itu dengan tatapan tajam.
“Sini Nak Tante obati, jangan disepelekan walaupun itu luka kecil nanti bisa infeksi kalau dibiarkan,” kata Nyonya Evelyn lembut menarik tangan gadis cantik itu dengan lembut di bantu Clara.
“Tidak perlu Nyonya, dia sudah terbiasa mendapatkan luka seperti ini,” kata Lilian tanpa beban membuat Evelyn naik darah.
“Apa maksud perkataan Anda Nyonya Lilian?” tanya Evelyn dengan tatapan tajam.
Elang menatap luka di tangan gadis cantik itu. Lukanya terlihat cukup parah dengan masih terlihat darah segar di lukanya.
Clara mengelus bahu gadis cantik itu yang sudah mulai berkaca-kaca.
“Maksud saya begini Nyonya Evelyn, jangan terlalu memanjakan Arbela. Takutnya nanti dia bisa salah paham dengan kebaikan Anda Nyonya. Saya tidak mau Arbela berpikiran aneh-aneh, apa lagi tadi dia mendengar jika Nyonya mencari pengantin pengganti untuk Kakaknya. Saya tidak mau dia menggantikan Bianca anak saya. Dia tidak pantas untuk mendampingi Elang,” kata Lilian yang membuat Arbela teriris sedih dia juga anak orang tuanya tapi kenapa selalu di beda-bedakan dengan sang Kakak.
“Jika saya memang menginginkan gadis ini menjadi pengganti Bianca bagaimana?” tanya Jordy dengan tegas.
Semua orang yang ada di sana kaget termasuk Elang dan para sahabatnya. Apalagi orang tua Bianca yang sangat syok dan kaget.
“T--tidak bisa Tuan dan Nyonya, yang akan menikah dengan Elang hanya anak saya Bianca bukan anak sialan ini,” kata Lilian sambil menatap tajam Arbela, Arbela yang mendapatkan tatapan tajam dari Mamanya kembali menundukkan kepalanya.
“Jangan menatap calon istri saya seperti itu Nyonya Lilian!”
Semua kaget mendengar suara bariton yang terdengar tegas itu. Iya, Elang yang menjawab omongan calon mertuanya itu. Elang mendekat dan melihat intens ke arah Arbela yang masih berdiri kaku di samping Bunda Elang. Sedangkan Clara menggenggam tangan Arbela, Elang sedikit lega sebab Clara bisa dengan mudah dekat dengan Arbela sedangkan dengan Bianca dia sangat tidak menyukainya.
Kembali Elang menatap Nyonya Lilian dan Tuan Dario.
“Bukankah dia anak Anda juga Nyonya?” tanya Nyonya Evelyn dengan tatapan menyelidik.
“Ya, dia anak bungsu kami tapi dia anak yang tidak bisa di harapkan. Anak yang menjadi beban keluarga, anak pemalas, anak yang--“
“Cukup Mama! Cukup Mama menjelek-jelekkan aku di depan semua orang. Oke jika Mama dan Papa tidak menyukaiku, aku terima tapi tolong jangan permalukanku lagi hiks.. hiks.. aku capek Ma, aku lelah hiks.. hiks.. aku yang selalu di salah kan di sini,” kata Arbela memotong ucapan sang Mama dengan menjawab ucapan mamanya yang panjang lebar membuat semua yang ada di sana paham jika selama ini Arbela tidak dianggap anak oleh mereka.
Elang menatap mata hanzel yang sangat cantik namun penuh dengan kemarahan dan kebencian. Clara memeluk Arbela yang terisak pelan sedangkan Evelyn mengelus rambut Arbela dengan lembut. Dan Jordy menatap tajam Dario dan Lilian. Sedangkan Lilian dan Evelyn terlihat murka dan marah pada Arbela.
“Dasar kamu anak yang tidak tahu diri! Selama ini kamu hidup dengan kami, kami yang membiayai sekolah, makan, dan semua kebutuhan kamu. Dasar anak kurang ajar!” Maki Dario yang sudah kehilangan kendali.
Dario maju ingin menarik Arbela dari dekapan Clara, tapi dengan sigap Arthur, Brian, Reyhan dan Calvin menghadang Tuan Dario yang akan bersikap kasar.
“Tolong jaga sikap Anda kepada Nyonya muda kami Tuan Dario,” kata Arthur tegas.
Dario dan Lilian mengeraskan rahang saat Arbela di sebut Nyonya muda oleh Arthur. Dia tidak rela jika anak yang selama ini di bencinya harus hidup enak dengan keluarga kaya nomor satu di kota ini.
***