“Tidak! Anak sialan itu tidak boleh menggantikan anak saya Bianca. Saya tidak setuju!” tolak Tuan Dario lantang membuat Elang semakin emosi.
“Di sini yang akan menikah itu Tuan Elang bukan Anda. Jadi kami hanya akan mengikuti kata Tuan Elang,” kata Reyhan tidak kalah tegas dari Tuan Dario.
“Siapa kamu, kamu hanya seorang asisten rendahan yang tidak berguna,” kata Nyonya Evelyn memaki Reyhan dan merendahkan Reyhan.
“Berhenti memaki anak saya! Semua teman anak saya adalah bagian dari keluarga Pramudia jadi jika Anda memaki teman anak saya sama saja memaki keluarga Pramudia,” kata Nyonya Evelyn dengan nada marah sambil menatap tajam Nyonya Lilian yang angkuh dan sombong.
“Ma--maaf saya Nyonya, saya hanya terbawa emosi. Saya yakin jika Tuan Elang hanya ingin menikah dengan Bianca Nyonya Evelyn,” kata Nyonya Lilian memandangi Elang dengan mata memohon.
“Maaf Nyonya Lilian, saya akan mengikuti kata kedua orang tua saya,” kata Elang yakin membuat semua yang ada di sana lega kecuali Tuan Dario dan Nyonya Lilian.
“Saya tidak setuju!” kata Nyonya Lilian dan Tuan Dario bersamaan dengan muka memerah menahan amarah.
Entah kenapa Tuan Dario dan Nyonya Lilian sangat tidak setuju jika Arbela menikah dengan Elang. Dan itu membuat keluarga Pramudia semakin menginginkan Arbela menjadi menantunya.
“Saya tidak meminta pendapat Anda,” kata Tuan Jordy yang sudah mulai tersulut emosi.
Entah kenapa Tuan Dario dan Nyonya Lilian pilih kasih antara Bianca dan Arbela.
“Saya tidak akan memberi restu dan saya tidak akan mau menjadi saksi nikahnya,” kata Tuan Dario yang sudah mulai termakan emosi sampai dia menunjuk wajah Arbela dengan mata memerah.
“Anda tenang saja Tuan, kami di sini siap menjadi saksi pernikahan Elang dan Arbela,” kata Brian mulai kesal sendiri melihat betapa kejam kedua orang tua ini.
Tuan Dario dan Nyonya Lilian menatap Arbela yang mulai mengangkat kepalanya menatap kedua orang tuanya.
“Jika kalian masih kekeh ingin Arbela menggantikan Bianca maka saya minta uang penggantinya,” kata Nyonya Lilian tanpa malu membuat Arbela kembali menangis.
Tuan Jordy dan Nyonya Evelyn menatap Elang, Elang yang paham akan tatapan Ayahnya mengangguk dan mulai merogoh kantong dan mengeluarkan sehelai kertas cek.
“Tidak Tuan, saya tidak mau keluarga Pramudia mengeluarkan uang hanya demi saya. Saya tidak lebih penting dari pada uang bagi keluarga saya, ” cegah Arbela saat Elang akan menanda tangani selembar cek tersebut.
Sakit sudah pasti, karena orang tuanya menggantikan dirinya dengan uang. Elang menatap lekat mata hanzel yang sudah memerah dan sembab itu. Elang hanya diam menatap gadis yang membuat hati Elang mulai bergetar.
“Tidak Nak, jika kamu tidak berarti bagi mereka. Maka kamu sangat berarti bagi keluarga Pramudia dan Bunda seperti menemukan sebuah berlian berharga,” kata Nyonya Pramudia tersenyum lembut sambil mengusap kepala Arbela.
“Nyonya Evelyn Anda akan rugi besar dan akan menyesal saat menjadikan anak tidak berguna ini sebagai menantu keluarga Pramudia,” kata Nyonya Evelyn memandang sinis Arbela, dia masih berusaha meyakinkan keluarga Pramudia jika Arbela wanita buruk.
“Stop Nyonya Lilian! Terlihat sekali sifat Anda sama seperti putri Anda. Benar-benar memuakkan dan angkuh,” kali ini Calvin yang menjawab sambil menatap remeh kepala keluarga Pramudia.
“Ini kan yang kalian inginkan, ambil dan ingat setelah ini saya tidak mau kalian mengganggu menantu saya. Camkan itu!” kata Tuan Jordy memberikan sehelai cek kosong yang sudah di tanda tangani olehnya.
Tuan Dario dan Nyonya Lilian mengambil dengan tersenyum senang. Mereka saling menatap dengan mata berbinar membuat hati Arbela sakit. Sebegitu tidak berharganya dirinya di keluarga Baskoro.
“Mama, Papa terima kasih untuk 20 tahun menjaga Arbela. Maaf jika Arbela sering buat kalian kesal, maaf jika mulai detik ini Arbela akan benar- benar membenci kalian,” batin Arbela sendu.
Benci yang tertanam di hati Arbela sudah sangat dalam membuat hati Arbela sakit melihat senyum senang sang Papa dan Mama saat mendapatkan uang dari Tuan Jordy.
“Menjijikkan!” kata Clara melihat senyum Tuan Dario dan Nyonya Lilian.
“Ingat Arbela, setelah ini kamu tidak ada hubungan dengan keluarga Baskoro lagi. Jika suatu saat kamu di campakkan oleh keluarga Pramudia, jangan pernah kembali ke rumah keluarga Baskoro,” kata Nyonya Lilian tersenyum dengan mata berbinar.
“Hiks.. hiks.. maaf Ma, Pa,” kata Arbela.
“Berhenti memanggil saya Mama dan Papa lagi karena kita tidak memiliki hubungan keluarga lagi,” kata Tuan Dario yang semakin menanam rasa benci di hati gadis cantik itu.
“Baiklah jika itu mau kalian, Arbela akan menjadi bagian dari keluarga Pramudia dan kalian keluarga Baskoro. Saya Jordy Pramudia tidak memperbolehkan Anda menemui menantu saya.” Kata tegas Tuan Jordy.
“Tuan Dario dan Nyonya Lilian, pintu keluarnya sebelah sana!” usir Rendy sambil menunjuk sebuah pintu besar yang sudah di hias sedemikian rupa.
Tuan Dario dan Nyonya Lilian mendengus kesal di usir oleh asisten Elang. Mereka keluar dengan amarah memuncak.
“Kamu akan menyesali keputusanmu ini Bela,” kata Nyonya Lilian di depan pintu keluar.
“Ayo Ma!” ajak sang suami.
Setelah kepergian Mama dan Papanya, Arbela merosot ke lantai dengan tangisan pilu yang membuat semua yang ada di sana ikut menangis. Elang mengarahkan pandangannya ke arah lain saat melihat Arbela menangis sambil memukul dadanya.
Sedangkan Clara dan Evelyn memeluk Arbela, mereka merasa iba dengan kehidupan gadis cantik itu.
“Tuan, Nyonya hiks.. hiks.. aku minta maaf hiks.. hiks..” kata Arbela lirih membuat Tuan Jordy meneteskan air mata, dia mendekat dan berjongkok mengelus rambut hitam Arbela.
“Arbela, saya Jordy Pramudia berjanji akan membuat hidupmu bahagia di keluarga Pramudia,” kata Tuan Jordy sambil meneteskan air mata harunya.
Arbela menegakkan kepala menatap Tuan Jordy.
“Terima kasih Tuan..”
“Ayah Bel, dan panggil saya Bunda. Oke!” kata Nyonya Evelyn sambil tersenyum lembut. Arbela mengangguk pelan sambil tersenyum sendu.
“Sudahlah, jangan menangis lagi. Lihat Kak Elang menatap Kakak terus sedari tadi. Clara rasa Kak Elang mulai terpesona sama Kak Bela,” goda Clara mencairkan suasana.
Sontak semua mata menatap ke arah Elang dan membuat Elang salah tingkah. Arbela menatap wajah tampan Elang yang memerah menahan malu akibat godaan adiknya.
“Clara!” peringat Elang menatap tajam sang adik. Sedangkan Clara terkekeh pelan.
“Sudah, sudah tidak usah menggoda kakakmu lagi Cla.” Lerai sang Bunda.
“Arbela kamu mau kan menikah dengan Elang.”
Arbela terbelalak dengan mata bulat yang sangat menggemaskan di mata orang yang melihatnya. Arbela kaget dengan pertanyaan Nyonya Evelyn.
“Tapi Nyo eh Bun, apa Aku pantas bersanding dengan Tuan Elang?” kata Arbela sambil tertunduk malu.
“Kak Bela mau ya nikah sama Kak Elang, walau pun Kak Elang itu perjaka tua tapi dia masih tampan kok Kak Bela. Nanti kalau dia gak kuat di ranjang kita bisa cari obat untuk kakakku,” kata Clara membuat semua orang terbelalak kaget dan seketika tertawa berjamah sedangkan Arbela tersenyum kecil mendengar ucapan Clara. Sedangkan Elang memutar bola mata malas.
“Bagaimana Bel?” tanya Tuan Jordy.
Arbela terdiam sejenak memikirkan jawaban dari pertanyaan keluarga Pramudia. Arbela tersenyum manis ke arah Tuan Jordy.
“Ya Yah, aku mau.”
***