Dengan sekali tarikan nafas Elang mampu mengucapkan ijab qobul dengan lancar. Setelah ijab waktunya pengantin perempuan keluar. Entah kenapa jantung Elang berdebar tidak karuan dan dia gelisah menunggu Arbela keluar.
Setelah mendapatkan jawaban dari Arbela mereka langsung sibuk menyiapkan ijab qobul dadakan dan alhamdulillah semua lancar walaupun tidak diadakan pesta.
Semua atas permintaan Arbela, dia tahu jika Elang masih sakit hati saat di tinggalkan Bianca di detik-detik pernikahan.
“Lang lo kenapa gelisah dari tadi?” tanya Brian menghampiri Elang yang gelisah sampai berkeringat dingin.
“Gue gugup Bri,” kata Elang dengan wajah gugupnya.
Brian menepuk dahinya sendiri.
“Kenapa gugup ‘kan lo udah sah jadi suami Arbela?” tanya Calvin heran , sebab baru kali ini seorang Elang terlihat gugup.
“Gue tahu lo gugup karena mau malam pertama, ‘kan? Kalau gak tahu caranya gue kasih tahu,” kata Arthur frontal membuat Elang semakin gugup dan kesal.
“Sudah diam lo! Jangan bikin tambah gugup aja,” balas Elang sedikit keras.
Terdengar suara pintu yang di buka, mereka semua melihat kamar tempat di mana Arbela bersiap terbuka, begitu juga dengan Elang. Terlihat seorang wanita yang sangat cantik, benar-benar cantik sampai Elang bingung harus mengutarakan seperti apa saking cantiknya sang istri.
“Anjirlah Lang, lo kehilangan kuyang malah dapat bidadari. Beruntung banget lo!” kata Arthur sambil terpesona pada penampilan Arbela. Sedangkan Reyhan, Brian, dan Calvin sama seperti Arthur yang terpesona.
“Bangke gue mau gantiin lo Lang!” kata Brian tapi Elang tidak menghiraukan omongan sahabatnya. Dia tidak mengalihkan tatapannya pada Arbela sampai Arbela duduk di sampingnya.
“Ekhem!” deheman sang ayah menyadarkan keterpesonaan Elang dari Arbela.
“Elang fokus!” goda sang ayah dan Bundanya terkekeh kecil.
Elang salah tingkah menahan malu, dengan terpaksa Elang menatap ke depan penghulu sudah sedari tadi memanggil dirinya.
“Nak Elang, Nak Arbela sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri yang sah secara agama dan hukum. Sekarang Nak Arbela cium tangan suamimu dan Nak Elang cium kening istrimu sebagai tanda jika kalian sudah sah,” kata penghulu menerangkan ke Arbela dan Elang.
Elang mendorongkan tangannya dan di sambut oleh Arbela lalu Arbela menciumnya dengan tulus. Arbela terdiam sesaat sebelum mengangkat kepala dan menatap lekat mata Elang yang sudah sah menjadi suaminya beberapa menit yang lalu.
Elang mencium kening Arbela cukup lama, Arbela memejamkan mata merasa nyaman dengan ciuman Elang sebagai suaminya. Setetes air mata membasahi pipi mulus Arbela.
“Ya Allah semoga ini menjadi pernikahan pertama dan terakhir untuk hambanya Ya Allah. Semoga ini awal dari kebahagiaanku,” batin Arbela setelah Elang melepaskan ciumannya dari kening Arbela.
Elang menatap Arbela dengan intens dan menghapus air mata Arbela. Elang tersenyum lembut dan di balas senyum manis oleh Arbela.
Setelah semua anggota keluarga Pramudia pulang dan juga beberapa orang saksi yang di bayar oleh sang Ayah. Kini di sebuah kamar hotel mewah yang di hiasi bunga mawar tercium sangat wangi. Arbela duduk di tepi ranjang sambil menunggu Elang membersihkan diri.
“Kenapa Kak Bianca meninggalkan calon suaminya, seharusnya ini menjadi kamar pengantin baru untuk Kak Bianca. Semoga pernikahan ini jalan terbaik untuk hidup hamba Ya Allah,” batin Arbela melihat hiasan kamar pengantin baru yang terlihat sangat mewah.
Suara pintu kamar mandi terbuka, terlihat Elang keluar dengan keadaan fresh. Tapi bukan itu yang membuat Arbela malu. Elang keluar hanya menggunakan sehelai handuk di bagian bawah sedangkan bagian atas terekspos bebas. Terlihat sexy dengan otot perut yang tertatap rapu putih bersih terlihat sangat menggoda. Arbela langsung mengalihkan pandangannya dari tubuh setengah telanjang Elang.
“Bel, kamu tidak membersihkan tubuhmu?” tanya Elang saat melihat Arbela hanya duduk diam.
“A--ah, i--iya Tuan muda,” kata Arbela gugup setelah menjawab ucapan Elang, Arbela berlalu ke kamar mandi.
Elang menatap hiasan di kasur King size, kasur yang seharusnya menjadi kasur pengantin dirinya dan Bianca. Seharusnya malam ini adalah malam pengantin baginya namun apa daya Bianca meninggalkan dirinya di acara pernikahannya. Elang menghembuskan nafas kasarnya dan duduk di pinggiran sofa sambil melihat ke arah luar.
“Bi, gue bakal buktikan kalau gue bisa hidup bahagia bersama Arbela. Gue yakin pilihan orang tua gue gak akan pernah salah dan pilihan gue lah yang salah,” batin Elang.
Sedikit banyaknya pasti masih ada rasa yang tersisa di hatinya untuk Bianca walaupun Bianca pergi meninggalkannya.
Pintu kamar mandi terbuka, terlihat Arbela keluar dengan memakai baju tidur satin terlihat sangat manis. Arbela melihat ke arah Elang lalu duduk di tepi ranjang. Suasana gugup dan canggung sangat terasa Elang bingung harus apa sekarang. Sedangkan Arbela masih tertunduk takut jika Elang meminta haknya malam ini.
“Ekhem! Bel bisa ke sini sebentar,” deham Elang menetralkan kegugupannya.
“Iya Tuan Muda,” kata Arbela sambil duduk di sofa depan Elang dan mereka sama-sama terdiam.
“Bel, bisa kamu ubah panggilanmu padamu,” kata Elang memulai percakapan.
Arbela mulai menegakkan kepalanya menatap Elang, dia mengernyitkan dahinya bingung harus memanggil Elang bagaimana.
“Aku harus panggil apa?” tanyanya bingung.
“Terserah kamu, kamu bisa panggil Abang, Mas, hubby, Sayang atau Kakak.” Kata Elang menyarankan ke Arbela.
Arbela terdiam sebentar memikirkan panggilan yang pas untuk Elang.
“Abang, kurang enak di dengar. Sayang, terlalu memaksakan karena aku hanya pengganti. Kakak, kayak adiknya aja. Hubby, tidak! Kalau Mas, hem..” Monolog dalam hati memikirkan panggilan untuk suaminya.
“Hem.. aku panggil Mas aja boleh?” tanya Arbela sedikit gugup namun lebih baik dari pada memanggil suaminya dengan sebutan Tuan.
“Boleh Bel, aku minta maaf karena belum bisa menerima pernikahan ini sepenuhnya. Tapi aku janji bakalan berusaha buat nerima pernikahan ini. Aku butuh waktu untuk semua ini, kamu tahu sendiri kan masalahnya,” kata Elang terus terang karena dia tidak mau merusak Arbela jika dia mengambil haknya sebagai suaminya. Dia mau benar-benar menghilangkan Bianca dari hatinya dan menerima pernikahannya bersama Arbela.
Arbela terdiam seharusnya dia tahu semua ini akan keluar dari mulut Elang. Namun entah kenapa sangat terasa sakit, Arbela mengendalikan dirinya agar tidak menangis.
“Iya Mas, aku tahu kok, tapi aku mohon Mas El jangan larang aku buat mengurus Mas sebagai mana seorang istri mengurus suaminya karena itu adalah tanggung jawabku sebagai istri,” kata Arbela dengan sisa keberaniannya.
“Baiklah, ya sudah kamu tidur saja sudah malam ini. Besok kita pulang ke mansion Pramudia.”
“Mas tidur di mana?”
“Saya tidur di sini saja,” kata Elang sambil tersenyum lembut.
Arbela berdiri dan naik ke kasur King sizenya, dia masih melihat Elang yang memainkan ponselnya.
“Aku akan jadi istri yang baik untukmu Mas El, walaupun hanya sementara saja. Jika suatu saat kamu ketemu dengan Kak Bianca, aku yakin kamu akan kembali memilih Kak Bianca. Huft! Resikomu Bel jadi pengantin pengganti. Ikuti saja alurnya, insya Allah akan indah pada waktunya,” batin Arbela sebelum memejamkan matanya.
Sedangkan Elang masih memainkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada sekretaris sekaligus asistennya itu.
Elang: Rey, cari tahu ke mana Bianca kabur dan sama siapa!
Reyhan: Aku, Brian, Calvin dan Arthur sudah melacak keberadaan terakhir Bianca. Dia ada di negara M, sama siapanya kita belum tahu Lang.
Elang: Cari tahu secepatnya Rey.
Reyhan: Pasti Lang, tapi buat apa lo nyari wanita itu. Apa setelah lo menemukannya lo akan ninggallin Arbela, Lang?
Elang: Gue belum tahu Rey, gue masih bimbang. Di sisi lain, gue gak tega menyakiti Bela, tapi sedikit banyaknya nama Bianca masih ada di hati gue.
Reyhan: Sebelum lo ngambil keputusan besar yang akan berdampak di hidup lo dan masa depan lo. Coba lo pikir matang-matang dulu Lang, lo kenalin dulu bagaimana sifat Bela. Gue yakin dia gadis yang baik dan cocok buat lo.
Elang: Gue akan ikutin nasehat lo Rey, tapi gue juga masih penasaran alasan Bianca kenapa ninggalin gue.
Reyhan: Gue bakal cari tahu buat lo Lang.
Elang: Makasih ya Rey.
Reyhan: Sama-sama Lang.
Selesai berkirim pesan dengan Reyhan, mata Elang masih belum bisa terpejam. Dia masih memikirkan jalan hidupnya. Di tinggal saat akad akan di mulai dan sekarang dia menikah dengan wanita yang tidak dia kenal sama sekali. Elang bingung dengan jalan hidupnya. Semakin lama mata Elang semakin berat dan tertidur dengan pulas di sofa hotel mewah.
***