"Pa, sudah dapat kabar dari Bianca belum?" tanya Lilian yang masih gelisah belum ada kabar dari anak kesayangannya.
"Belum Ma, Papa gak tahu anak itu pergi ke mana. Nanti pasti dia pulang sendiri," kata Dario acuh karena dia sudah mendapatkan modal dari cek yang diberikan Elang.
***
Di hotel, Elang terganggu tidurnya karena panggilan dari suara lembut dan indah yang masuk ke telinganya.
"Mas El bangun, sudah jam sembilan ini," Arbela terus mencoba membangunkan Elang yang susah dibangunkan saat sedang tidur.
"Hoam.." Elang menguap, dengan perlahan dia membuka matanya.
"Mas El bangun terus mandi, aku tunggu di meja makan."
Elang mengangguk pelan sambil berlalu ke kamar mandi.
"Mas El, bajunya sudah aku siapkan di kasur ya."
"Iya!" kata Elang dari kamar mandi.
Bela keluar dari kamar dan pergi ke dapur kecil yang ada di kamar hotel. Dia membuat nasi goreng, roti bakar dan kopi.
Elang keluar dari kamar mandi, dia melihat baju yang sudah Arbela siapkan.
"Ternyata enak juga punya istri, semua disiapkan dan kamar juga sudah rapi dan bersih," gumamnya.
Elang berjalan mendekat ke kasur dengan bersenandung, dia melihat di atas kasur ada kaos berkerah warna putih, celana coklat s**u. Elang tersenyum saat memakainya. Selesainya dia keluar kamar dan melihat Arbela duduk sambil menunggu dirinya.
Arbela terlihat sangat cantik alami dengan menggunakan baju dan celana yang sama dengan dirinya. Ditambah rambut yang di kucir kuda.
"Mas, aku sudah bikin kopi sama roti bakar untuk Mas El. Bunda bilang Mas biasa sarapan ringan dan gak suka makanan berat," kata Arbela sambil menata roti di piring Elang.
Elang yang melihat betapa cekatannya Arbela melayani dirinya. Namun, antusias mata Elang teralihkan sama piring Arbela. Sebuah piring berisi nasi goreng yang terlihat sangat enak. Elang menelan salivanya, dia tergiur dengan nasi goreng yang dengan toping sosis.
"Selamat makan Mas El."
Elang hanya diam melihat Arbela menyendok nasi goreng tersebut ke mulutnya. Elang menelan salivanya melihat Arbela makan dengan lahap. Arbela tersadar jika Elang menatap dirinya.
"Ada apa Mas?" tanya Arbela salah tingkah di tatap intens oleh Elang.
"Itu.. Bel, boleh aku cicipi nasi goreng punyamu?" kata Elang pelan, sebenarnya dia malu tapi hasrat ingin mencicipi nasi goreng milik Arbela sangat besar.
"Boleh Mas, tapi ini bekas Bela. Sebentar ya, Bela ambilkan sendok baru."
Arbela pergi ke dapur namun saat kembali ke meja makan dia melihat Elang memakan nasi goreng punyanya dan Elang menggunakan sendok bekas Arbela.
"Mas.."
"Ini enak Bel, mulai besok kamu masak sarapan sama makam siang dan makan malam buat aku ya. Dan makan siangnya antarkan saja ke kantor, ini benar-benar enak Bel," kata Elang sambil memakan nasi goreng buatan Arbela.
Arbela tersenyum senang melihat suaminya menikmati masakannya.
"Iya Mas, besok aku masakin buat Mas."
***
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan sebuah mansion yang sangat besar dan indah. Mobil mewah berjejer rapi bak sebuah showroom besar, berbagai macam merek mobil dan motor ada di sana. Dan mobil mewah yang dikendarai Elang berhenti diparkiran mansion.
"Bel ayo, ini mansion Ayah dan Bunda. Kita gak dibolehin keluar dari mansion ini. Bunda takut akan kesepian karena Bunda dan Ayah hanya punya dua anak," jelas Elang.
Arbela mengangguk pelan dan ikut keluar bersama Elang. Tepat di depan pintu yang menjulang tinggi berdirilah Clara dan Bunda.
"Kak Bela, selamat datang di mansion Pramudia," kata Clara sambil memeluk Arbela.
Arbela membalas pelukan Clara dan dia tersenyum senang karena dirinya disambut hangat di keluarga Pramudia.
"Selamat datang ke mansion Bunda dan Ayah sayang," kata Bunda Evelyn sesaat setelah Arbela mencium tangan sang Bunda. Bunda Evelyn mencium pipi Arbela dan merangkulnya untuk masuk. Sedangkan Elang di abaikan oleh Bunda dan adiknya.
"Baru saja sehari jadi istri gue sudah menggeser gue sebagai anaknya saja," gumam Elang masih berdiri di depan pintu mansion orang tuanya.
"Itu karena Bunda dan adikmu tahu jika Arbela wanita yang baik," kata sang ayah yang tiba-tiba nongol di samping Elang membuat Elang terjingkat.
"Ayah, bikin kaget aja."
Jordy hanya melengos masuk tanpa memedulikan Elang.
"Huft! Gak Bunda gak Ayah gak Adik sama aja bikin kesel."
***
Di dalam ruang kerja Elang masih berkutat dengan laptopnya. Terdengar suara pintu di ketuk.
"Masuk!" teriak Elang dari dalam ruangannya.
Arbela masuk dengan membawa nampan berisi kopi kesukaan Elang dan setoples camilan dan sepiring cake buatan Arbela bersama sang Bunda dan Clara.
"Mas El, Bela bikinin kopi sama camilan," kata Arbela sambil meletakkan nampan yang di bawakannya.
"Makasih ya Bel, kamu tidur saja dulu. Nanti aku nyusul," kata Elang sambil meminum kopinya.
"Iya Mas El, aku keluar dulu."
***
Di sebuah rumah sakit seorang Dokter tampan sedang berjalan di lorong rumah sakit yang sepi. Dia baru saja siap memeriksa seorang pasien VVIP-nya.
Brian berjalan sambil mengelus tengkuk lehernya yang sedikit nyeri. Namun, di tengah koridor yang sepi samar-samar Brian mendengar suara isak tangis seseorang.
"Ya Allah, itu suara apa? Ya ampun si Raisa pakai acara sakit pula dia ‘kan serem jadinya,” batin Brian sambil berjalan cepat, namun suara itu semakin terdengar jelas membuat bulu kudu Brian meremang. Soalnya tadi siang ada nenek yang baru meninggal membuat Brian semakin takut.
"Ya Allah, apa Papa beli tanah bekas kuburan lalu bikin rumah sakit ini. Astaga serasa kayak film horor ini."
Tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahu Brian membuat Brian mematung. Dia mau lari, tapi kakinya terasa berat mau teriak tapi mulutnya terasa kaku dan Brian berusaha memutar kepalanya pelan melihat siapa yang memegang bahunya. Manusia atau jin atau apa ini? Kaki Brian benar-benar sudah gemetaran rasanya ingin pipis, tapi Brian menahannya. Dan..
Brian melihat seorang wanita tertunduk dengan baju putih rambut yang berantakan menutupi wajahnya. Dia melotot mau berteriak tapi suaranya tercekat, tubuhnya sudah gemetaran setengah mati.
Brian membaca doa sambil komat-kamit gak jelas. Matanya tertutup beberapa menit masih sambil komat-kamit dengan tubuh gemetar dan tubuh dipenuhi keringat dingin. Beberapa menit berlalu Brian memberanikan diri membuka matanya dan..
"A... b*****t! Anjing, kirik, setan."
Brian berteriak keras sambil mengumpat saat melihat sosok gadis cantik dengan mata sembab tepat di depan wajahnya. Brian terduduk lemas saking kagetnya, sedangkan gadis itu hanya menatap polos Brian yang terduduk lemas.
"Dokter ganteng kenapa?" tanya gadis cantik itu sambil tersenyum berbinar melihat wajah ganteng Brian.
Brian masih terdiam melihat gadis cantik di depannya yang di kiranya hantu.
"Huft! Manusia ternyata, ya ampun kalau tahu semenakutkan ini, gue gak mau jadi Dokter Pa," batin Brian.
Brian berusaha berdiri meski kakinya masih gemetaran.
"Lin Yi!" teriak gadis cantik itu saat melihat Brian berdiri.
Brian yang tinggi dengan wajah putih bersih membuat gadis di depannya berteriak histeris melihat ketampanan Brian.
Brian yang kaget terjingkat mendengar teriakan gadis di depannya. Belum hilang keterkejutannya yang tadi mengira gadis cantik di depannya ini hantu ditambah lagi mendengar teriakan cempreng gadis itu.
"Sialan! Kaget gue gila!" teriak Brian mendengar teriakan sang gadis.
"Dokter ganteng kayak Lin Yi. Dokter ganteng mau gak nikah sama Tania."
***