Bab 6.

1368 Kata
Arbela sedang duduk di sebuah taman yang di hiasi bermacam bunga mawar yang indah di temani secangkir jus mangga ke sukaan Arbela. Setelah mengantarkan Elang ke depan karena Elang akan berangkat ke kantor sedangkan sang ayah dan bundanya pergi ke kantor utama dan Clara kuliah. “Huft! Kenapa membosankan begini,” gumamnya. Arbela hanya duduk sambil menatap hamparan indah bunga-bunga yang dirawat olehnya dan mertuanya. *** Sedangkan di sebuah perusahaan besar Elang sedang berkumpul bersama teman-temannya. “Bagaimana tentang Bianca, Rey?” tanya Elang kembali duduk sambil meminum secangkir kopi. Calvin mendengus malas melihat sahabatnya yang masih mencari keberadaan mantan kekasihnya itu0. “Lang, lo itu sudah dikasih yang lebih baik kenapa masih mencari wanita gila itu?” tanya Calvin menatap tajam Elang yang masih duduk santai di sampingnya. “Gue cari keberadaan Bianca hanya untuk balas dendam aja Vin, karena dia sudah mempermalukan keluarga gue,” jawab Elang menatap kosong ke arah luar kaca di ruangannya. “Lang, seharusnya lo tahu kalau lo itu sebenarnya gak cinta sama wanita gila itu. Kalau lo cinta sama dia sudah pasti lo akan frustrasi saat Bianca kabur meninggalkan lo hari pernikahan lo kemarin,” kini giliran Brian yang menasihati Elang. “Dan lo pacaran sama Bianca karena dia seorang model yang menurut lo pantas bersanding dengan lo. Lo menutup mata saat bersama Bianca, lo akan berubah seperti bukan lo. Lo makan juga harus di pilihkan sama dia, gak boleh ini, gak boleh itu, nanti kamu akan gemuk lah, dan gaya baju lo, dia yang ngatur,” kata Arthur sambil tetap memainkan game di ponselnya. Elang terdiam memikirkan perkataan teman-temannya. Benar, selama ini Elang harus menjadi orang lain jika bersama Bianca. Dia harus perfect saat bersama Bianca. Seharusnya aku sadar itu bukan cinta hanya obsesi semata.” Batin Elang yang mengingat saat dirinya bersama Bianca. Flashback On. “Sayang sini! Ini bajunya lebih bagus dari yang kamu pegang. Dan ini juga merek terkenal loh.” “Mbak minta tolong yang ini saja yang di bungkus jangan yang itu,” kata Bianca menukar kemeja yang akan dibungkus oleh karyawan toko. Elang hanya bisa diam dan menghembuskan nafas malasnya, entah kenapa Elang merasa tidak nyaman saat bersama Bianca. Apalagi jika luar ruangan atau berada di tempat terbuka. Elang harus di tuntut sempurna, perhatian, dan romantis. Namun, semua itu bukanlah sifat Elang yang kaku, tapi Bianca selalu menuntut Elang untuk melakukan itu semua. Setelah belanja, Bianca dan Elang pergi ke restoran yang ada di dalam mall. Elang sudah memesan beberapa makanan kesukaannya dan Bianca juga. Namun, saat karyawan resto membawakan makanan Elang, Bianca melotot melihat Elang memilih makanan yang serba berminyak. Saat Elang akan memakan steaknya, Bianca langsung menahan garpu Elang yang tepat di mulut Elang. “Apalagi sih Bi?” tanya Elang malas dengan tingkah Bianca. Bianca tidak memedulikan pertanyaan Elang, dia memanggil karyawan yang mengantarkan makanan Elang tadi. Dia memesan beberapa makanan lagi untuk Elang. Saat karyawan meletakkan makanan pesanan Bianca di depan Elang membuat Elang mual melihatnya. Sedangkan Bianca tersenyum manis ke arah Elang. “Sayang, kamu itu harus makan makanan yang sehat. Aku gak mau calon suami aku nanti gendut. Lihat itu ada macam-macam salad.” Kata Bianca sambil memakan salad di depannya. Bianca terbiasa makan makanan ini karena dia harus selalu menjaga berat badannya agar tetap ideal karena dia seorang publik figur. Elang mendesah dan mulai mengunyah makanan yang menurutnya sangat menyiksa semua berbahan sayuran hijau sudah seperti hewan. Seketika Elang berlari ke toilet dan memuntahkan semua makanan yang telah dia makan bersama Bianca. “Huft!” Elang menatap dirinya yang terlihat kurusan selama beberapa tahun pacaran dengan Bianca. Di dalam apartemen yang biasa di huni oleh Elang semua isi kulkas diisi oleh Bianca dengan buah-buahan dan sayuran membuat Elang mual setiap melihat sayuran itu. Bianca memang egois, dia membuat Elang merasa mulai tidak nyaman dengan hubungan ini. Tapi setiap bersama Bianca semua orang memujinya beruntung mendapatkan seorang Bianca. Siapa yang tidak suka dengan Bianca model yang lagi naik daun. Flashback off. Elang seketika menggidik ngeri saat mengingat makanan berwarna hijau. Tiba-tiba terdengar suara pintu ruangannya di ketuk dari luar. “Masuk!” “Hai kakak-kakakku yang ganteng! Kak Elang aku bawa Kak Bela ke sini, kasihan Kak Bela sendirian di rumah. Kak Bela bilang mau masak makan siang buat Kak Elang. Jadi aku ajak aja Kak Bela ke sini,” kata Clara. Bela masuk mengikuti Clara dan berdiri canggung di sampingnya sambil menenteng tempat makan. Elang tersenyum tipis melihat Bela yang terlihat seusia dengan Clara. “Ekhem! Adik cantik, bagaimana kalau kita makan di cafe depan yang baru buka. Kakak ganteng ini punya rekomendasi makanan yang enak,” kata Calvin sambil mengedipkan matanya ke Clara. Elang yang melihat tingkah sahabatnya itu langsung melempar bolpoin ke arah Calvin. Sedangkan Calvin tidak sadar jika Kakak dari cewek yang disukainya menatap tajam pada dirinya. “Aw, sialan lo Lang!” maki Calvin saat bolpoin tersebut tepat mengenai mata yang mengedipkan ke Clara. Sedangkan Clara hanya tertawa melihat tingkah sahabat kakaknya itu. “Ayo keburu diterkam Elang!” sindir Calvin. Calvin berdiri dan diikuti Brian, Reyhan dan Arthur. Arthur menatap tajam pada Elang. Sedangkan Clara mengikuti sahabat kakaknya itu. Dan Arbela masih berdiri diam di depan pintu ruangan Elang. “Bel!” “Iya Mas.” “Itu makan siangku?” tanya Elang. Arbela berjalan pelan ke arah Elang, saat Bela duduk dress yang digunakan naik ke atas melihatkan paha mulus Arbela. Dengan susah payah Elang menelan salivanya saat melihat paha mulus Arbela. “Astaga! Ada apa dengan lo Lang, buang jauh-jauh pikiran kotor lo itu,” batin Elang. Elang menggelengkan kepalanya saat pikiran kotor menghampiri otaknya. Dulu saat bersama Bianca, Elang tidak pernah berpikiran sekotor saat bersama Arbela. Elang membuka jasnya dan menutupi paha istrinya, jika tidak Elang takut tidak akan bisa mengontrol nafsunya. Dia juga laki- laki normal. Arbela kaget saat Elang menutup pahanya, seketika mukanya memerah menahan malu. “Maaf Mas jika pakaianku tidak sopan, tadi Clara memaksaku untuk pakai dress ini,” sesal Arbela. “Tidak apa-apa kok, kamu cantik pakai dress itu Bel,” kata Elang tanpa sadar. Arbela tersenyum malu saat Elang mengucapkan kata cantik. Elang jadi salah tingkah saat mengingat ucapannya barusan. “Eh, kamu bikin makan apa?” tanya Elang mengalihkan obrolannya karena malu. “Aku bikin capcai, ayam rica-rica dan cheese cake kesukaan Mas Elang sama jus mangga. Nanti kalau gak abis jusnya bisa di minum lagi saat kerja,” kata Arbela sambil menyajikan makanan untuk Elang. Sedangkan Elang terpesona melihat Arbela yang menyajikan semua makanan kesukaan Elang. “Jadi begini bahagianya saat memiliki istri,” batin Elang. Elang yang notabennya suka makan semua yang berbau daging itu akan membuat mood Elang membaik. “Mas! Mas Elang!” Elang kaget saat Arbela memegang pelan lengannya. “Hem Bel, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” Arbela masih diam memikirkan pertanyaan Elang, dia juga merasa tidak asing dengan wajah Elang. “Sepertinya tidak Mas,” kata Arbela sambil memberikan piring yang sudah terisi penuh dengan makanan. Elang mengambil dan memakan masakan Arbela dengan lahap. “Capcainya enak banget Bel,” puji Elang. Arbela tersenyum melihat betapa lahapnya sang suami memakan masakan buatannya. Arbela memberikan ayam lagi ke dalam piring Elang. Dan elang tersenyum mendapatkan ayam kesukaannya dari Arbela. “Kamu sudah makan Bel?” “Sudah Mas, tadi aku makam sama Clara.” “Kamu pulangnya sama saya aja ya. Nanti sekalian mampir ke mall dulu soalnya saya ada urusan di sana sebentar.” Arbela hanya mengangguk sambil membersihkan meja dan bekas makan Elang. Sedangkan Elang dan Reyhan menyiapkan beberapa berkas untuk meeting di restoran mall. “Sudah Bel? Ayo!” ajak Elang. Reyhan yang melihat Arbela di belakang berinisiatif mundur dan membiarkan Arbela berjalan di samping Elang. “Gue yakin kalau Arbela bisa buat lo melupakan masa lalu lo Lang,” batin Reyhan, dia melihat jika Arbela dan Bianca jauh berbeda. *** Sesampainya di mall Reyhan membukakan pintu mobil untuk Arbela. “Terima kasih Kak Rey,” kata Arbela sambil keluar. Hati Reyhan menghangat karena Arbela sangat menghargai setiap para pekerja Elang. Elang juga tersenyum melihat tingkah Arbela yang sangat sopan dan menghargai orang lain. “Gak akan aku biarkan kau bahagia anak sialan! Hanya Bianca yang bisa berada dalam keluarga Pramudia.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN