Keesokan hari … Mas Kian sudah sembuh. Pagi ini, tidak ada angin tidak ada hujan, dia sudah ke pasar dan belanja banyak sekali. Bahkan saat pulang, aku lihat dia semangat menyapa Bu Siti, Pak Teguh, juga beberapa tetangga yang lewat. Aku sampai heran. Bagaimana tidak? Semalam dia bahkan masih mengaku lemas. Pagi ini dia mendadak sembuh yang benar-benar sembuh. Kini, aku sedang duduk di pantri sembari menunggu Mas Kian masak. Dia menolak aku bantu. Bahkan membantu mencuci sayur pun tidak diperkenankan. Dia memintaku untuk duduk diam dan menunggu masakannya matang. Jujur, itu sangat membosankan. Makanya semula aku menolak. Aku benar-benar ingin membantunya. Terlebih, selama di sini, dia lebih sering masak untukku daripada aku masak untuknya. Memang konsep ini juga tidak salah dan baik-ba