16. Perhatian yang Tak Terbantahkan

1902 Kata

Pulang kerja, aku langsung menjatuhkan badanku di sofa ruang tengah. Aku memejamkan mata, memanjakan rasa kantuk yang sudah kurasakan sejak di jalan. Aku ingin mandi nanti, setelah rasa kantukku hilang. Untungnya, aku masih bisa menjaga fokus. Jadi, aku tidak sampai oleng. Kalau oleng, aku bisa membahayakan pengendara lain. Akibatnya bisa sangat fatal. “Eh, eh, eh! Suara apa ini?” Aku mendengar bunyi berisik di dapur. “Bunda di rumah, kan, ya?” Aku bangun lagi, lalu menoleh. Ternyata kompor di dapur manyala. Kulihat teko sudah mengeluarkan asap yang sangat banyak. Aku lekas bangun dan berlari menuju dapur. Begitu kubuka tutupnya, air sudah sampai bawah. Benar-benar hampir habis. “Ya ampun! Udah mendidih dari tadi pasti!” Aku segera mematikan kompor, lalu menaruh teko ke wastafel dan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN