Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan yang semakin panas, Luna hanya bisa berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ia tidak mengetahui seberapa parah berita yang tersebar karena ponselnya berada di tangan Bik Asih, asisten rumah tangganya. Setiap kali ingin tahu, Bik Asih hanya mengatakan, "Bunda, istirahat saja. Jangan pikirkan yang tidak-tidak." Permana sengaja melakukan itu agar Luna tidak membaca hujatan kejam yang berseliweran di media sosial. Sebagai seorang pejabat, ia sudah terbiasa menghadapi fitnah dan rumor, tetapi kali ini menyangkut istrinya—dan itu membuatnya jauh lebih sulit. Andi masuk ke kamar dengan ekspresi tegang. "Pak, berita ini semakin liar. Mereka tidak hanya menyerang Bu Luna, tetapi juga mulai mengaitkan ini dengan kebijakan Anda. Ada tuduhan bahwa Anda menyalahgunak