Luna masih duduk di ranjangnya, menatap jendela dengan tatapan kosong. Saat pintu kamar terbuka, ibunya, Ratmi, masuk dengan langkah pelan. "Luna, ibu bawakan sup hangat untukmu," ujar Ratmi sambil meletakkan termos kecil di meja samping ranjang. Luna hanya melirik sekilas, lalu kembali terdiam. Ratmi menghela napas, lalu duduk di kursi di samping ranjang putrinya. "Kamu kenapa masih bersikap seperti ini pada Permana?" tanyanya lembut. Luna mengalihkan pandangannya, enggan menjawab. "Ibu tahu kamu menyukainya," lanjut Ratmi, "Jangan menyangkal. Ibu ini ibumu, Luna. Ibu bisa membaca hati anak sendiri." Luna menggigit bibirnya, menahan emosinya yang berkecamuk. "Bu, aku takut... Aku takut kalau Permana hanya bersikap baik karena kasihan." Ratmi mengusap tangan putrinya. "Luna, lelaki