Sesampainya di rumah, Permana segera membantu Luna turun dari mobil. Wajah istrinya terlihat pucat, mungkin karena ketegangan dan kelelahan setelah kejadian tadi. "Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Permana, suaranya penuh kekhawatiran. Luna hanya mengangguk lemah. "Aku hanya sedikit pusing, Mas." Permana menghela napas, lalu membimbing Luna masuk ke dalam rumah. Asisten rumah tangga mereka, Bik Asih, segera menghampiri dengan ekspresi cemas. "Astaghfirullah, ada apa ini, Pak? Kok, Ibu Luna pucat sekali?" "Nanti aku jelaskan, Bik. Sekarang tolong siapkan air hangat dan teh manis untuk Luna," ujar Permana. Luna duduk di sofa, sementara Permana berlutut di depannya, menggenggam tangannya erat. "Kamu nggak usah pikirin kejadian tadi. Aku sudah minta tim pengamanan untuk menyelidikinya."