Pagi itu, sinar matahari menembus celah tirai kamar, menimpa wajah Naya yang masih tenggelam dalam tidur. Suara burung dari luar jendela terdengar samar, tapi tidak cukup untuk membangunkannya. Di sampingnya, Leo sudah terjaga. Ia menoleh pelan, menatap Naya yang meringkuk di pelukannya. Naya menggeliat pelan, Leo seketika menutup mata. Ia ingin tahu reaksi Naya. Meski ini bukan pertama kalinya mereka tidur bersama. Naya membuka mata pelan. Butuh beberapa detik untuk menyadari ia tidak berada di kamarnya sendiri. Bantalnya empuk. Lengan Leo masih melingkar di pinggangnya. Ia tidak langsung bergerak. Hanya memandangi langit-langit sebentar, lalu beralih menatap wajah Leo yang tertidur damai di sebelahnya. Napasnya teratur. Rambutnya sedikit berantakan. Namun ada ketenangan yang nyaris m

