Bab 20 Manis setelah perang

1016 Kata

Mobil Leo meluncur pelan di jalanan Yogya yang mulai sepi. Lampu jalan menari di kaca depan, menciptakan bayangan-bayangan samar di dashboard. Naya duduk diam, tangannya masih dalam genggaman Leo. Kali ini bukan genggaman untuk menenangkan—melainkan untuk merayakan kemenangan kecil. “Masih hidup?” tanya Leo lirih, melirik sebentar sebelum kembali fokus menyetir. Naya tertawa kecil. “Yah, kalaupun mati, paling rohnya masih duduk di sini.” Leo tersenyum miring. “Kalau kamu hantu, aku rela dihantui tiap malam.” “Gombalmu meningkat sejak hampir ditembak tatapan mama kamu tadi.” “Belajar dari tekanan.” Mereka sama-sama tertawa, dan untuk sejenak, dunia terasa ringan. Tak ada Anita. Tak ada masa lalu. Hanya mereka berdua dan langit malam yang mendung. Mobil berhenti di depan rumah Leo.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN