Setelah beberapa menit menenangkan diri, Naya mulai menarik napas panjang. Anita menepuk bahunya sekali lagi, memastikan menantunya sudah lebih tenang. "Aku ngerti sekarang, Ma," ucap Naya pelan, suaranya masih serak. "Aku cuma takut, takut kalau aku nggak bisa jadi istri yang baik. Setelah denger mama bilang gitu, rasanya… lega banget." Anita tersenyum hangat. "Itulah yang mama mau, Sayang. Kamu jangan terlalu keras sama diri sendiri. Leo di samping kamu, dan aku yakin kalian bakal jalani semua ini bareng-bareng." Di dapur, Leo menatap dari balik pintu dengan senyum tipis. Ia melihat Naya menangis tapi tampak lega, dan hatinya ikut hangat. Livia, yang berdiri di sampingnya, menepuk punggung kakaknya. "Kamu tuh romantis banget, ya, Kak. Bisa bikin Naya nangis tapi tetap senyum." Leo ha

