Mecca duduk diam di kamarnya, hanya ditemani lampu meja yang redup. Berkas-berkas berserakan di meja. Sebagian adalah kontrak kerja dan endorsement, sebagian lagi adalah dokumen-dokumen rahasia yang ia kumpulkan untuk mengontrol beberapa pihak penting. Ia menggigit kuku, kebiasaannya saat merasa terdesak. “Papa bilang tenang, tapi bagaimana aku bisa tenang?” gumamnya, suara lirih namun penuh emosi. Ia meraih ponselnya lagi, kali ini menelepon salah satu kontak yang hanya ia gunakan dalam situasi darurat. “Halo, Dino. Aku butuh bantuanmu,” katanya tanpa basa-basi. Suara di seberang terdengar santai namun tajam. “Mecca? Lama tak dengar kabar. Apa masalahmu kali ini?” Mecca menggertakkan gigi. “Kamu tahukan kalau Max ditangkap? Polisi sudah mencium sesuatu. Nama aku malah mulai disebu